PADANG, bakaba.net — Saat ini penggunaan media sosial sebagai garda terdepan dalam komunikasi model baru, tidak lagi hanya sekedar berperan sebagai kanal menyampaikan pesan dan menyerap informasi, tetapi lebih jauh berperan dalam mempengaruhi persepsi dan perilaku publik, mempengaruhi pengambilan keputusan institusi, kelompok masyarakat dan turut andil dalam pengembangan kesadaran kolektif opini publik.
Seperti kita ketahui Era post truth dapat disebut sebagai pergeseran sosial spesifik yang melibatkan media arus utama dan para pembuat opini. Fakta-fakta bersaing dengan hoax dan kebohongan untuk dipercaya publik.
Media mainstream yang dulu dianggap salah satu sumber kebenaran harus menerima kenyataan semakin tipisnya pembatas antara kebenaran dan kebohongan, kejujuran dan penipuan fiksi dan non fiksi. Post truth dapat diartikan secara sederhana, bahwa masyarakat lebih mencari pembenarandaripada kebenaran.
Faktor yang menjadi katalisator berkembangnya post truth adalah kehadiran teknologi informasi yang berimplikasi pada pemanfaatan media sosial yang tidak tepat, teknologi digital telah mampu menciptakan realitas sendiri, sesuai dengan agenda setting kelompok kepentingan, keadaan ini berdampak pada terpisahnya antara penanda (signifier) dengan petanda (signified).
Harus diakui pada era digital sekarang ini adalah eranya juga sosial media, namun jika lengah atau teledor bermedia sosial dapat berakibat fatal.
Meski demikian, sosial media juga menawarkan sejumlah peluang yang menjanjikan, tergantung kemauan dan kemampuan dalam mengolah dan memanfaatkan sosial media tersebut.
Bagaimanapun juga era digital pasti menawarkan kesempatan dan ajang berkreasi, dengan demikian dapat dikatakan era digital adalah eranya generasi milenial untuk berkreasi guna mendulang prestasi baik materi maupun kreasi
Untuk Kementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia telah meluncurkan 4 (empat) modul literasi digital, yaitu; (1) Budaya Bermedia Digital; (2) Aman Bermedia Digital; (3) Etik Bermedia Digital; dan (4) Cakap Bermedia Digital yang dilaksanakan di 34 provinsi, 514 kabupaten/kota sampai akhir tahun ini.
Kegiatan yang dihelat oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia ini bekerjasama dengan PT PCI ini akan dilaksanakan secara berkesinambungan akan dilakukan di tahun-tahun berikutnya sampai akhir masa kerja kabinet sekarang .
Kamis (8/7) kegiatan Gerakan Nasional Literasi Digital untuk Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat kembali digelar melalui webinar virtual menggunakan aplikasi zoom, untuk yang ketigakalinya dan berlangsung dari pukul 14.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB.
Kegiatan ini diikuti oleh 1005 peserta yang berasal dari pelajar, guru, ASN dan mahasiswa yang tidak hanya berasal dari Kabupaten Dharmasraya, tetapi Sumatera Barat, serta dari sejumlah daerah di Indonesia.
Webinar kali ini mengambil tema “Cerdas Bersosialmedia di Era Milenial” dan mendapat sambutan dari pemerhati, dan praktisi pendidikan.
Adapun yang tampil sebagai pembicara adalah Rizki Hesananda, S.Kom, M.Kom (Lecture dan Programmer), Dr. Meithiana Indrasari, ST., MM (Akdemisi Unitomo, Regional ICSB, East Java), Dr. Yona Prima Desi, M.Hum (Dosen Ilmu Informasi Perpustakaan UNP), dan Riwahono,S.Pd (Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Pulau Punjung Dharmasraya)
Moderator dalam iven kali ini adalah Edwina Bernita, selain itu juga ada Key Opinion Leader
@erisafaddd (MC, Conten Creator (IG & TikTok),
Salahseorang peserta, Citra Rita Junita Saragi (Universitas Sari Mutiara) bertanya kepada narasumber Meithiana, tentang orangtua maupun calon orangtua, tentu kita menginginkan yang terbaik bagi anak. Namun, pengaruh teknologi media digital yang semakin pesat membuat orangtua sering kali khawatir dan kebingungan mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dalam mengasuh dan mendidik anak.
Selain itu juga ditanyakan, kapan waktu yang tepat untuk memberikan smartphone kepada anak? Bagaimana menangani anak yang kecanduan gadget? Lalu, bagaimana cara memanfaatkan teknologi media digital untuk mendukung pendidikan anak?
Peserta lainnya, Lathifah, bertanya kepada narasumber Rizki Hesananda, S. Kom, M. Kom terkait dengan perlindungan data pibadi, marak terjadi pencurian data pribadi yang dapat disalahgunakan oleh oknum-oknum tak bertanggungjawab seperti spam dan phising.
Pada saat ini saat kita menjelajah web-web di internet sekarang ini kita kerap diminta akses cookies. Apakah akses cookies merupakan upaya pencurian terhadap data kita? Bagaimana tindakan kita sebaiknya dalam mengakses web yang menggunakan cookies?
Penanya lainnya adalah Sri Wulandari Martinus (Universitas Negeri Padang) bertanya kepada narasumber Dr. Yona Primadesi tentang bagaimana cara menumbuhkan minat dan sikap terhadap literasi digital pada diri sendiri?
Seperti yang banyak kita lihat pada saat ini, maraknya informasi informasi yang tidak jelas kebenarannya dan tidak terpecayanya sumber dari informasi tersebut sehingga membuat mindset kita dan kebanyakan masyarakat Indonesia mempercayai informasi yang kita terima tanpa tahu kebenarannya.
Teruntuk pustakawan dan calon pustakawan di masa depan, menurut ibu bagaimana sebaiknya langkah seorang pustakawan dalam memasyarakatkan literasi digital kepada pengguna atau pemustakanya?
Penanya lain, Siti Ropiah dari Universitas Muhammadiyah Tangerang bertanya kepada narasumber Riwahono, S. Pd., apakah konten digital untuk kalangan siswa siswi Sekolah Dasar sampai menengah layak dijadikan salah satu bahan ajar untuk penunjang perkembangan proses pembelajaran daring di era pandemi ini?
Dan konten digital seperti apa untuk menunjang perkembangan pembelajaran daring baik kalangan dasar sampai menengah bahkan warga negara asing
Kegiatan Webinar Literasi Digital untuk Sumatera Barat berikutnya akan dihelat oleh Kabupaten Dhramasraya, Kamis (8/7) dan Kepulauan Mentawai, Jumat (9/7) pada pukul 14.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB.
Setiap peserta yang mendaftar dan mengikuti webinar ini akan mendapatkan fasilitas berupa E- sertifikat dari Kominfo dan Voucher E-Money (***).