Tanah Datar dan “LGBT”-nya

Tanah Datar dan “LGBT”-nya

- in Headline, OPINI
0

Oleh Muhammad Fadhil

Hasil tidak pernah mengkhinati proses,  begitulah ungkapan yang tepat kita sematkan kepada Pemerintah Kabupaten Tanah Datar.

Irdinansyah Tarmizi selaku nahkoda sukses mengawaki Tanah Datar meraih banyak penghargaan baik di tingkat provinsi maupun nasional pada tahun 2019 ini.

Banyaknya penghargaan yang diraih oleh Tanah Datar membuat bangga segenap hati masyarakat, sebut saja terbaik 1 dalam Penghargaan Pembangunan Daerah (PPD) kategori Kabupaten tingkat Provinsi, pasar rakyat terbaik se Sumatera Barat, masuk dalam nominasi 10 besar Keterbukaan Informasi Publik (KIP), penghargaan Kabupaten/Kota layak anak (KLA), serta tidak kalah penting Mei 2019 Presiden Joko widodo menobatkan Tanah Datar sebagai Kabupaten terbaik nomor 1 dalam Penghargaan Pembangunan Daerah (PPD) mengalahkan rivalnya dari 415 Kabupaten se Indonesia.

Suatu kerja luar biasa yang di tunjukan oleh Bupati dan jajarannya, hingga dapat membawa Tanah Datar menjadi Kabupaten yang berprestasi.

Namun sayang, tingginya prestasi yang di capai oleh pemerintah pada tahun 2019 ini sejalan dengan tingginya angka populasi LGBT di Kabupaten Tanah Datar. Bahkan pelaku sex menyimpang ini telah berani terang-tetangan menampakan entitasnya kehadapan publik.

Masih kuat dalam ingatan kita peristiwa tertangkap tangannya sepasang LGBT di Taman Pagaruyung beberapa minggu lalu, fenomena tersebut sudah mencoreng harkat dan martabat “Luhak Nan Tuo”  sebagai daerah yang kuat akan agama serta kental dengan adat dan budayanya.

Tambah lagi prilaku abnormal itu telah menampar para pemimpin Tanah Datar, sebab peristiwa tersebut terjadi di depan Kantor Bupati dan di sebelah Kantor DRPD yang notabene kawasan paling tersorot langsung oleh pemerintah.

Bergentayangnya pelaku LGBT di Kabupaten Tanah Datar apakah karena melemahnya fungsi “Tungku Tigo Sajarangan” dan kurangnya pengetahuan tentang “Tali Tigo Sapilin” oleh tokoh-tokoh masyarakat ?

Bagi Penulis sendiri berkeyakinan, filosofi “Tungku tigo sajarangan dan tali tigo sapilin” sudah sangat melekat dalam hati dan pikiran para tokoh masyarakat. Mereka orang-orang hebat dalam menterjemahkan nilai-nilai yang terkandung dalam ungkapan tersebut.

Tetapi bila hanya menterjemahkan nilai tanpa di ikuti dalam bentuk perbuatan tindakan dan prilaku, artinya nilai-nilai tersebut masih berada pada tataran teoritis. Sementara untuk menyelesaiakan problem agama, sosial, politik dan lainnya dibutuhkan nilai-nilai dalam tataran aplikatif.

Bepakangkal pada keyakinan bahwa setiap penyakit ada obatnya, maka sebagai masyarakat minang khususnya masyarakat Tanah Datar. Marilah bersama-sama kita seayun-selangkah mencarikan obat atas penyakit LGBT yang tengah menyerang kampung halaman kita.

Kolaborasi antara niniak mamak, alim ulama, candiak pandai sangat diperlukan. Lebih-lebih era kontemporer membuka pintu seluas-luasnya kepada budaya asing untuk menggorogoti nilai-nilai agama, adat dan budaya yang menjadi pijakan dasar dalam kehidupan kita.

Khususnya pada pemerintah Kabupaten Tanah Datar, segera bunyikan sinyal perlawan terhadap pelaku sex menyimpang, dengan cara membuat kajian yang lebih komprehensif dan mendalam, serta melahirkan sebuah regulasi guna mempersempit ruang gerak pelaku LGBT.

Tokoh masyarakat Basrizal Dt. Penghulu basa mengatakan bahwa kita tidak cukup hanya mengutuk perbuatan itu, dan membenci pelakunya. Karena sangat mungkin pelaku ini awalnya adalah korban dari perbuatan yang sama.

Beliau juga menghargai dan berterima kasih kepada masyarakat yang telah bertindak menangkap pelaku sebagai bentuk tanggung jawab sosial. Kesadaran hukum masyarakat perlu di pujikan karena mereka tidak main hakim sendiri, malah menyerahkan penanganan tersebut kepada pihak berwenang.

Kepada pemerintah beliau juga menegaskan untuk berani jujur melihat fakta yang ada, jangan lagi malu-malu membuka data tentang LGBT di Kabupaten Tanah Datar. Sikap permisif pemeritah justru akan membuka ruang dan peluang berualangnya kasus-kasus menjijikan ini.

Akhir tulisan Penulis berharap, bila nanti tahun 2020 Kabupaten Tanah Datar mendapat banyak lagi penghargaan, mudah-mudahan salah satunya adalah penghargaan atas keseriusan pemerintah dalam memberantas LGBT”.

amiin allahuma amiin (***)

Leave a Reply