Permainan Lato-lato dan Peran Manusia Sebagai Homo Ludens dan Homo Simbolikum

Permainan Lato-lato dan Peran Manusia Sebagai Homo Ludens dan Homo Simbolikum

- in Headline, OPINI
0

Ket foto: Tangkapan layar video Ridwan Kamil dan Joko Widodo bermain lato-lato.Ket foto: Tangkapan layar video Ridwan Kamil dan Joko Widodo bermain lato-lato.

Permainan lato-lato kini menjadi permainan populer di tengah masyarakat Indonesia. Permainan yang sempat dilarang di Amerika Serikat itu, kekinian menjadi trend berulang setelah puluhan tahun lalu juga populer di Indonesia.

Permainan lato-lato memiliki banyak nama, seperti clackers, clankers dan knockers. Di Indonesia, sebutannya pun juga beragam, ada yang menyebut ketek-ketek, nok-nok dan berbagai sebutan lainnya.

Ketua Rangkiang (perkumpulan penulis ilmiah Pacasarjana UIN Imam Bonjol) Luzian Pratama menyebutkan, melalui permainan lato-lato mencirikan bahwa manusia adalah makhluk homoludens dan homosimbolikum.

Manusia tidak hanya sebagai makhluk sosial, manusia juga mahkluk yang senang bermain (homo ludens) dan berinteraksi dengan yang lainnya (homo simbolikum).

Manusia menjadi pelaku dari permainan dan bekomunikasi melalui simbol-simbol yang diucapkan manusia kepada manusia lainnya untuk membentuk pemahaman satu sama lain.

“Bermain itu unsur permanen yang ada dalam diri manusia. Manusia dan permainan sama halnya dengan manusia berkomunikasi, tidak bisa dipisahkan. Buktinya lato-lato yang sudah pudar sekian lama, kembali menjadi permainan populer. Artinya ada kerinduan lama yang dihidupkan kembali dengan bermain lato-lato,” ujarnya.

Manusia yang bermain selalu terikat dengan waktu dan tempat permainan terjadi. Selain itu, menurut Luzian, manusia selalu menikmati rasa dari permainan yang dimainkan.

“Sekarang populer, beberapa waktu ke depan lato-lato mungkin tidak lagi populer. Manusia sebagai homo ludens, dalam konteks permainan lato-lato, yang memainkannya menikmati suara yang dihasilkan oleh permainan lato-lato tersebut. Salah satu motifnya adalah kesenangan” tambahnya.

Luzian juga menuturkan, lato-lato yang hadir setelah pandemi Covid-19, disebabkan sebuah kerinduan untuk berinteraksi satu sama lain yang menjadi ciri khas dari manusia sebagai homo simbolikum.

“Seperti ada kejenuhan dengan dunia gadget sejak pandemi berlangsung, sehingga orang butuh waktu dan tempat interaksi lebih dengan sesama. Dengan permainan lato-lato, terbentuk sebuah ruang baru interaksi masyarakat,” jelas Luzian.

“Jadi dalam konteks manusia sebagai homo ludens dan homo simbolikum, permainan lato-lato membentuk jaringan emosional dan ruang interaksi sosial baru setelah pandemi di tengah masyarakat,” tukasnya. (***)

Leave a Reply