Oleh: Buya Adib
Dalam sebuah Hadist yang diriwayatlam oleh Abu Dawud ra, Rasulullah saw. pernah mengajarkan do’a kepada seorang sahabat yang duduk di masjid karena kegelisahan dan beban hutang yang sedang menimpanya. Do’a tersebut berbunyi “Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari rasa gelisah dan sedih, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat pengecut dan kebakhilan, dari beban utang serta kesewenang-wenangan orang-orang jahat.”
Malas menjadi salah satu sifat yang masuk dalam daftar hitam karakter yang dibenci oleh Rasulullah saw, sehingga beliua mengajarkan agar kita berlindung diri kepada Allah dari sifat tersebut.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia malas berarti; tidak mau bekerja atau mengerjakan sesuatu. Padahal sesungguhnya ia memiliki potensi untuk mengerjakan hal tersebut.
Kita melihat masyarakat kita hari ini mengalami kemunduran dan ketertinggalan, salah satu penyebabnya adalah malas.
Orang tua kita dahulu mengajarkan, kalau terlambat bangun, “rasaki dipatuak ayam”. Artinya kalau kita tidak cepat menguasai pasar, maka pasar akan dikuasai oleh orang lain.
Hari ini kita tidak melihat kekayaan alam Indonesia kecuali telah dikuasai oleh orang lain.
Kita hanya bisa menjadi buruh di tanah kita sendiri. Kalau petani, ya…buruh tani. Kalau peternak, ya… hanya tukang pelihara ternak, yang segala sesuatu dari hulu sampai ke hilir dikuasai oleh orang lain. Akhirnya kebanyakan kita menjadi pengemis yang tak berdaya dinegeri kita yang kaya raya
Penyebabnya apa? Dosanya tidak terlalu besar. Dosa kecil saja yaitu MALAS
Makanya Nabi saw, memasukkan malas kedalam daftar hitam yang perlu dijauhi.
Kalau kita diajak maota, kongkow kongkow betahnya luar biasa. Bisa berjam-jam dengan HP Android. Maka tidak salah bila Ulama kita mengatakan “Perusak dari segala perusak adalah sifat menganggur”.
Lulusan kejuruan dan perguruan tinggi adalah penyumbang pengangguran terbesar di Indonesia. Yang malah menjadi pahlawan devisa adalah lulusan SD yang berkerja menjadi buruh dan pembantu diluar negeri.
Akhirnya kalah jurus, menang dalam menuduh-nuduh orang lain. Misalnya ada suatu organisasi yang sudah berjuang untuk meninggikan nilai-nilai Islam, sehingga ia menjadi organisasi yang tumbuh dan besar.
Eeh… malah dituduh Radikal dan Teroris, atau cap-cap lain yang tidak berdasar. Padahal dalam praktek cahaya Islam itu justru dihalangi oleh umat Islam itu sendiri. Yang nampak dari umat Islam hanyalah sekelompok orang yang malas
Sama juga yang dilakukan oleh orang cina yang rajin dan tekun dalam bekerja. Akhirnya ekonomi kita kalah. Maka ramai-ramai meyuarakan gerakan anti cina.
Padahal yang perlu kita lakukan adalah membuang sikap malas. Kita buat sentra-sentra produksi di Nagari-nagari kita. Kita buat minyak kelapa sendiri, kita tumbuk tepung kita sendiri.
Jadi ketika akan membuat bakwan, tidak adalagi istilah pedagang menjerit tepung mahal, minyak goreng mahal. Kecuali kita sudah bisa memenuhi yang menjadi kebutuhan kita sendiri
Dalam Surat Al-Mu’minun Ayat 3 Allah swt. Menegaskan bahwa karakter orang-orang yang beriman itu adalah “…orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna”.
Semestinya kalau kita lihat ayat Allah ini, kitalah umat yang paling tinggi, karena Allah yang langsung menunjukkan jalan kemajuan negara dan bangsa kepada kita
Semoga setelah ini, tidak adalagi sifat malas dihati kita, kalaupun ia masih dibisikkan syaithon dan segala bala tentaranya kepada kita, maka kita sudah punya tekad untuk menghindarinya dan berlindung diri kepada Allah swt, dari sifat yang jelek tersebut
Wallahu a’lam.. (***)