Mairiak Tradisi Minangkabau Yang Hilang Tergilas Zaman

Mairiak Tradisi Minangkabau Yang Hilang Tergilas Zaman

- in Feature, Headline
0

Tanah Datar, bakaba.net – Orang nomor satu di Tanah Datar Bupati Eka Putra mairiak padi di Sawah Bendera Jorong Balai Bungo Nagari Tanjuang Kecamatan Sungayang Tanah Datar, Kamis (01/08).

Bupati Eka Putra mairiak padi dalam kegiatan Satu Nagari Satu Event (SNSE) yang dikemas dengan Nagari Tanjuang Bapulang Pagi.

Dalam SNSE Nagari Tanjuang Bapulang Padi menampilkan mairiak padi yang merupakan tradisi panen padi di Minangkabau termasuk di nagari itu.

Mairiak padi yang sudah berlangsung sejak dahulu kala dan diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi, kini mulai tergilas zaman dan sulit ditemukan saat ini.

Pada masyarakat Minangkabau terkhususnya masyarakat Nagari Tanjuang, maiiriak di lakukan seacara bersama-sama dengan sanak saudara dan masyarakat sekitar tempat tinggal.

Acara maiiriak padi di lakukan secaara bersama-sama baik yang mempunyai sawah sekeluarga atau di bantu oleh masyarakat sekitar.

Sebelum mairiak padi di lakukan terlebih dahulu di lihat apakah padi sudah masak atau menguning secara merata agar padi menghasilkan beras yang baik.

Biasanya padi dipanen saat cuaca cerah, di lakukan secara bersama-sama pada siang hari baik laki-laki atau perempuan ikut melakukan manyabik padi.

Padi yang sudah di sabit di onggokan atau di tumpuk pada suatu tempat yang sudah diberi alas terpal dan dibuatkan tempat khusus atau lapangan di tengah sawah yang sedang di panen padinya.

Acara maiiriak biasanya langsung dilakukan pada malam hari atau boleh juga pada esok siangnya.

Biasanya yang maiiriak padi adalah laki-laki karena menggunakan tenaga yang kuat. Maiiriak dilakukan dengan cara menginjak sambil memilih padi yang di letakkan diatas terpal menggunakan kaki serta batang bambu sebagai pegangan yang di berada di tengah-tengah tempat maiiriak dilaksanakan.

Perempuan pada acara maiiriak berkerja memisahkan padi-padi yang sudah di iriak dari batang dan daunnya dengan cara mengibas-ngibaskan menggunakan tangan.

Setiap acara manyabik maupun maiiriak bagi yang mempunyai acara atau yang memiliki sawah padi akan menyediakan minum kopi, gorengan dan buah-buahan untuk orang yang membantu manyabik dan maiiriak padi.

Akhir acara maiiriak yaitu memisahkan padi yang berisi dan yang kosong dengan menggunakan mesin kipas padi. Lalu padi dimasukkan kedalam karung yang sudah disediakan dengan takaran dua setengah belek atau takaran padi yang terbuat dari kaleng petak besar.

Dua setengah belek disebut orang juga satu karung. Setelah selesai padi di bawa pulang untuk disimpan sebelum dibawa ke dealer padi. Maka itulah yang disebut dengan tradisi Maiiriak padi.

Tradisi Maiiriak padi juga memiliki manfaat sosial dalam masyarakat sebagai ajang mempererat tali persaudaraan antar masyarakat di Minangkabau. Sebab dalam tradisi Maiiriak padi inilah para masyarakat saling berkomunikasi karena pada hari lainnya Masyarakat sibuk dengan kegiatan sehari-hari lainnya.

Pada saat ini tradisi Maiiriak padi susah ditemukan saat ini, tradisi itu kini hanya tinggal kenangan sebab zaman semakin canggih dan alat pertanian semakin banyak.

Contohnya saja dahulu orang membajak sawah dengan kerbau tetapi sekarang sudah ada mesin bajak. Begitu pula dengan maiiriak padi sekarang diganti dengan manongkang.

Manongkang adalah proses merontokkan bulir-bulir padi dari dahannya dengan cara dipukul kesebuah benda yang dikenal dengan Tongkang . (***)

Leave a Reply