Ketua KAN, Makna Bapulang Padi Bagi Masyarakat Tanjuang

Ketua KAN, Makna Bapulang Padi Bagi Masyarakat Tanjuang

- in Feature, Headline
0

Tanah Datar, bakaba.net – Nagari Tanjuang Kecamatan Sungayang Kabupaten Tanah Datar mengelar Program Unggulan Satu Nagari Satu Event (SNSE), Kamis (01/08).

Nagari Tanjuang Bapulang Padi itu digelar di Sawah Bendera Jorong Balai Bungo lansung dibuka Bupati Eka Putra disaksikan masyarakat dan perantau yang memadati lokasi kegiatan.

Bapulang pagi mempunyai makna filosofis mendalam bagi masyarakat Nagari Tanjuang.

Ketua KAN Tanjuang
Hendrius dt. Majo indo, S.Pd mengatakan makna bapulang padi merupakan tradisi masyarakat Nagari Tanjuang yg sudah turun temurun dr nenek moyang .

“Bapulang Padi adalah proses untuk mengambil, memanen padi yang dilakukan secara adat dalam masyarakat setempat yangg dimulai dari sejak padi mulai menguning,” ujarnya.

Seorang kemenakan jika melihat padi sudah menguning, maka ia akan memberitahukan kepada mamak (paman), agar mamak menentukan kapan akan memanen sawah itu.

Setelah mamak menentukan hari panen, maka ia akan memberitahukan pada saudara, sumando (suami saudara perempuan), sumandan dan orang kampung agar datang ke sawah yang akan dipanen.

Saudara, sumando, sumandan dan orang kampung yang datang akan bekerja bergotong royong untuk memanen padi dengan cara lelaki bertugas menyabit pagi sementara yang perempuan membawah tanaman padi yang sudah dipotong pada satu titik disebut lungguak.

Tanaman padi tadi selanjutnya dikumpulkan dan disusun menyerupai leter U, ditengah-tenggah lungguak itulah akan dilakukan pemisahan bulir-bulir padi dari pohonnya mengunakan kaki.

Jika dalam pemisahan bulir-bulir padi itu laki-laki mangiriak dengan berpegang pada dua tongkat kayu, maka yang perempuan mengirai jerami.

Tujuan mengirai itu untuk memisahkan jemari dari bulir-bulir padi yang telah diiriak secara bergotongroyong oleh para lelaki.

Proses bapulang padi selanjutnya adalah maangin dan manampi. maangin padi merupakan sebuah kebiasaan lokal yang memisahkan padi berisi dan tidak berisi.

Menariknya proses bapulang padi di Nagari Tanjuang ini secara iklas, tanpa ada unsur paksaan dan tanpa dibayar, tapi tetap dilakukan dengan penuh gembira.

Tradisi Bapulang Padi tersebut sambung Hendrius dt. Majo indo memiliki makna dan nilai-nilai filosofis. Setidaknya ada empat makna yang terkandung dalam tradisi itu yaitu:
1.Hormat menghornati
Kemenakan menghargai dan menghormati mamak dalam segala hal.

2. Tanggung jawab
seorang mamak harus bertanggung jawab terhadap segala urusan kemenakan.

3 Kebersamaan dan Goro
Sanak, saudara, urang kampung, sumando, sasuku merasakan hidup bersama dalam segala hal kehidupan.

4.Mensyukuri Nikmat Tuhan
Dengan masaknya padi ditanamkan rasa syukur, yaitu waktu padi akan disabit pagi-pagi mamak pergi kesawah untuk menandai 3 rumpun padi yang diikat dan diasapi serta berdoa semoga hasil padinya akan banyak.

Dari tradisi Bapulang Padi akan tumbuh raso pariso yaitu Raso badunsanak, sakampuang, basuku, dan banagari.

Sesuai pepatah adat Kabukik samo mandaki, ka lurah samo manurun, saciok bak ayam, sadanciang bak basi, tatungkuik samo makan tanah, tatilantang samo makan ambun.

Ketua KAN Tanjuang mengajak masyarakat, melalui SNSE kembali merapkan nilai-nilai bapulang padi ditenggah-tenggah masyarakat.

Terakhir ia berharap semoga Nagari Tanjuang akan maju dimasa yg akan datang. (***)

Leave a Reply