Berdasarkan penelitian Dinas Perikanan dan Pangan Kabupaten Solok tahun 2016, perkembangan bili menurun sangat signifikan dan bagan salah satu penyebab menurunnya populasi bili endemik langka tersebut.
“Saat ini ukuran bili di danau Singkarak hanya 5 centi sebelumnya berukuran 12 centi,” kata Kenedi Hamzah Kepala Dinas Perikanan dan Pangan Kabupaten Solok menjawab bakaba.net kemaren.
Alat tangkap bagan ini djoperasikan pada malam hari dengan mengunakan penerangan lampu sehingga bili masuk dalam alat tangkap jaring angkat itu.
Pengunaan bagan itu sendiri menurut hasil penelitian yang sudah dilakukan, lava dan juvenil bili ikut terangkat, sehingga menyebabkan menurun dratisnya populasi bili.
Berbicara mengenai data jumlah nelayan yang ada di Kabupaten Solok, menurut Kenedi Hamzah 1000 orang nelayan tradisional dan 300 san bagan yang dimiliki 200 san nelayan.
“Setelah penertipan bagan hanya tinggal 120 berdasarkan penghitungan manual yang baru dilakukan, “katanya.
Pihaknya berharap, masyarakat mau beralih dari penggunaan bagan kepada alat tangkap yang lebih ramah lingkungan. Hal tersebut demi keberlangsungan dan pelestarian ikan endemik danau Singkarak.
Seperti diketahui, tahun 2018, Pemkab Solok telah melakukan upaya pendekatan terhadap masyarakat nelayan untuk mengganti alat tangkap ikan dari Bagan kepada alat tangkap yang ramah lingkungan.
Pemkab Solok sebelumnya telah memfasilitasi pemilik kapal bagan dengan 34 paket masing-masing adalah 34 kapal, 34 jaring langli untuk lebih besar. Kemudian 34 unit mesin tempe, dan 34 set alat keselamatan, paket tersebut lebih dari Rp700 juta. Tahun 2019 masing-masing 29 paket Rp 700 juta lebih . (TIA)