Uzlah: Lockdown Dekatkan Kita Dengan Keluarga & Tuhan

Uzlah: Lockdown Dekatkan Kita Dengan Keluarga & Tuhan

- in Headline, OPINI
0

OLEH GAZALI
DIREKTUR PASCASARJANA IAIN BUKITTINGGI

Saya sarankan untuk tidak alergi melanjutkan membaca tulisan ini walupun agak ada bau-bau tarekatnya, tentu yang anti tarekat. Bagi yang menolak tarekat coretan-coretan saya ini dapat menjadi rujukan untuk tidak bosan bekerja di rumah, beribadah di rumah dan belajar di rumah.

Uzlah adalah salah satu dimensi ajaran tasawuf yang dapat mendekatkan, sampai bahkan dapat “bersatu” dengan Tuhan. Secara bahasa uzlah adalah menyendiri, menyepi, menghindari, memisahkan atau mengasingkan diri, (Azra 2008).

Pekerjaan ini dapat dilakukan secara individual dan berkelompok. Secara individual tentu bagi orang yang sudah mapan dan mumpuni pemahamannya tentang keagamaan terutama syariat (jalan besar), sebab dia akan menempuh jalan yang sempit dan berliku (tarekat).

Menjalani uzlah secara berjamaah biasa dilakukan oleh satu kelompok sufi yang dipimpin oleh seorang mursyid di sebuah bangunan yang lengkap dengan sarana baik rohani dan jasmani.

Uzlah cara kedua ini biasa disebut dengan “suluak” di sebuah “surau”, (zawiyah) tarekat.
Posisi mursyid dalam pelaksanaan uzlah berjamaah sangatlah penting, karena para peserta suluk adalah mereka yang dalam proses pendekatan, pemulihan dan pembesihan diri di hadapan Sang Pencipta, sehingg dibutuhkan bimbingan dan “wasilah” untuk sampai kepada target yang dinginkan tersebut.

Kepercayaan terhadap “guru”, haruslah penuh, ibarat pasien yang datang kepada dokter yang mengeluhkan penyakitnya. Ketika ditanya oleh dokter si pasien harus mengungkapkan seluruh keluahan, rasa sakit, penyebab serta apa saja yang sudah dia lakukan dalam mengobati penyakitnya tersebut.

Apabila hal ini tidak dilakukan oleh pasien maka tentu dan pasti penyakitnya tidak dapat diketahu, obat juga tidak dapat diresepkan, alhasil penyakit tidak akan sembuh.

Jadi ketika memasuki pintu gerbang sebuah surau tarekat seorang murid sudah harus yakin dan percaya bahwa guru yang didatanginya akan dapat menghantarkan dia bertemu dengan Sang Pencipta.

Dalam menjalani uzlah seseorang diharuskan untuk menjaga jarak dengan orang lain (fisical distance), bahkan disaratkan menggunakan pakaian khusus berupa hijab yang menutup tulang pipi sehingga tidak dapat melihat ke kiri dan ke kanan karena akan menimbulkan penilaian terhadap objek yang dilihat.

Sementara tujuan dari uzlah adalah ingin bertemu dengan khaliq, maka segala macam bentuk penagkapan makhluk dikurangi untuk menangkap bayangannya karena akan menimbulkan iri, dengki sombong dan penyakit hati lainnya yang memperlambat pertemuannya dengan Tuhan.

Untuk sampai ketujuan yang diinginkan seorang salik harus disiplin, dalam menjalani terapi yang diberikan oleh guru, baik asupan jasmani dan rohani.

Ketika dalam masa suluk ini, asupan jasmani hanya dibatasi dengan protein nabati. Tujuan dari orang-orang yang menjalni hidup vegetarian bukan hanya semata-mata ingin terlihat “cantik”. Akan tetapi tujuan hakiki mengonsumsi tumbuh-tumbuhan adalah bagaimana sifat dari tumbuh-tumbuhan tersebut tercemin dalam kehidupan sehari.

Tumbuh-tumbuhan dalam kajian filsafat jiwa hanya memilki dua roh, yaitu roh untuk hidup dan berkembang biak. Sementara dua makhluk lagi yaitu hewan dan manusia, mempunyai jiwa lebih, hewan mempunyai jiwa yang sama dengan tumbuh-tumbuhan ditambah dengan jiwa atau kekuatan untuk mempertahankan diri.

Sementara manusia plus dengan jiwa akalnya. Tumbuh-tumbuhan hanya mempunyai sifat memberi dan tidak akan pernah mempertahankan dirinya ketika dirusak dan dianiaya.

Sedangkan binatang akan mempertahnkan haknya bahkan dapat menguasai hak hewan orang lain demi mempertahankan eksistensinya tanpa “otak”.

Di sinilah kelebihan kita sebagai manusia, apablia kita ingin eksis di tengah masyarakat jangan sampai usaha kita di bawah dari anugerah terindah yang diberikan oleh Allah swt, yaitu “akal”.

Lockdown adalah istilah baru yang muncul untuk memutus mata rantai penyebaran virus Corona atau COVID-19.

Menurut Menko Polhukam Mahfud Md, karantina kewilayahan sama dengan lockdown. Mahfud menyebutkan karantina wilayah diatur dalam aturan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.

lebih lanjut Mahfud mengatakan, dalam UU itu disebut karantina kewilayahan atau lockdown adalah kira-kira membatasi perpindahan orang, membatasi kerumunan orang, membatasi gerakan orang demi keselamatan bersama. (https://news.detik.com/berita).

Kenapa di lockdown, karena ada kekhawatiran interaksi yang biasa akan menjadikan kondisi seseorang akan terinfeksi corona.

Maka kepatuhan kepada pemerintah, sama halnya patuh kepada dokter dan mursyid, adalah jalan satu-satunya untuk menjadikan kita bersih dari corona. Tidak bepergian ke luar rumah kecuali alasan penting, menjelaskan dan memberitahu pihak yang berwenang kalo terdapat gejala, semuanya menjadikan manusia apabila patuh akan selamat dan dapat memutus mata rantai dari wabah ini.

Dengan lockdown dan uzlah kita semakin dekat dengan keluarga dan Allah swt. Pertemuan kita dengan orang-orang se-kantor, yang mungkin selama ini ada sifat iri, dengki, ghibah, gunjing dan sakit hati jadi berkurang. Rasa ingin memilki di luar kemampuan juda terhambat karena pusat-pusat perbelanjaan juga tutup dan membatasi pengunjung.

Memaknai corona dengan berfikir positive akan meningkatkan imunitas kita. Perasaan curiga akan data, tindakan orang-orang yang berkompeten dalam menangani wabah ini serta keputusan-keputusan penguasa yang di luar jangkauan kita akan berdampak kepada daya tahan tubuh kita dalam berjuang bersama-sama untuk menghindar serta memutus mata rantai Covid 19. (***)

Leave a Reply