Tanah Datar, bakaba.net – Minangkabau tidak terkecuali Tanah Datar gudangnya kuliner yang terkenal enak, terutama makanan tempo dulu yang diolah dari berbagai rempah sehingga
Perempuan Minangkabau memang piawai dalam meracik bumbu, sehingga makanan yang dimasak dengan penuh cinta itu terasa enak dan selalu terkenang kembali dengan nikmatnya berbagai kuliner itu.
Sayangnya makanan siap saji yang saat ini gampang didapat dan adanya kencendrungan masyarakat untuk hidup pratis juga berpengaruh pada berbagai kuliner yang dulu legen kini hidang ditelan masa, padahal kuliner-kuliner itu dulunya selalu tersaji di meja makan.
Pemkab Tanah Datar untuk mengali kembali kuliner-kuliner legen itu mengelar satu nagari satu ivent.
Kegiatan satu nagari satu ivent ini selalu saya menfaatkan untuk berburu kuliner-kuliner legen itu, dan saat festival di Nagari Tapi Selo Kecamatan lintau Buo Utara, Sabtu (27/07) juga saya manfaatkan untuk melihat makanan tradisional yang harus saya cicipi.
Saat makan siang di sebuah rumah gadang dalam ivent Tapi Selo Bolek Godang itu, saya melihat berbagai menu mulai dari gulai cancang dagiang dicampur rebung, ayam goreng, pangek ikan, anyang bunga pepaya, samba lado petai dicampur ikan kering kerupuk dan tumis situka atau pepaya muda.
Saya memutuskan harus mencicipi tumis situka itu, tanpa membuang waktu saya menyendok ke piring, dan dipiring ini hanya ada tumisan yang bila dilihat sekilas hanya biasa saja.
Berlahan saya mencicipi tumis situka itu, rasa gurih yang begitu mengoda lansung terasa saat sendok pertama, bambu tumis pepaya muda atau situka ini sangat pas di lidah sehingga susah untuk menghentikanya.
Saya tidak menghiraukan pertunjukan kesenian penyambutan marapulai ke rumah gadang atau mengantar marapulai (marapulai merupakan penganten pria yang diantarkan ke rumah penganten perempuan) dalam rombongan itu saya melihat ada Bupati Eka Putra dan Ketua TP PKK Ny. Lise Eka Putra.
Tanpa terasa satu piring tumis situka itu telah tandas dan saya menemui tuan rumah Riri Yanti Zahrul yang kebetulan Kabid IKP pada Dinas Kominfo Tanah Datar untuk mengucapan terimasi dan tentunya menanyakan cara mengolah tumis tukai yang baru saja saya makan, (artikel tersendiri)
Sementara Bupati EKa Putra mengatakan tumis situka itu enak dan enak sekali.
Ia mengatakan tujuan dari satu nagari satu ivent selain untuk mengali kembali nilai-nilai budaya yang pernah ada dan berkembang di tenggah-tenggah masyarakat, termasuk juga kulinernya.
Tanah Datar sebagai pusat kebudayaan Minangkabau sambung Bupati Eka Putra tentu juga meliki kuliner yang beragam yang tentunya enak, sehat dan bergizi.
Sebut saja tumis situka, kata Bupati Eka Putra, situka atau pepaya muda lansung dipetik dari sekitar rumah, karena sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Minangkabau untuk menanam berbagai jenis buah dan sayuran disekitar rumah, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dapur.
Pepaya muda yang baru dipetik dan lansung diolah tentunya lebih terasa enak karena masih segar dibanding yang dibeli dipasar, begitu juga dengan berbagai bumbunya juga tinggal petik dan olah.
Kebiasaan hidup sehat masyarakat Minangkabau itu, harus kembali diterapkan dalam kehidupan sehari-sehari salah satunya dengan menghindari makanan cepat saji, tetapi kembali mulai memasak.
Ia berharap kuliner-kuliner tempo dulu itu yang saat ini kembali dihadirkan dalam festival-festival di nagari-nagari bisa mengundang wisatawan untuk datang ke Tanah Datar tentu untuk berwisata kuliner disamping wisata budaya, sejarah dan alam.