TANAH DATAR, bakaba.net —Batusangkar merupakan kota yang jadi pusat pemerintahan Kabupaten Tanah Datar itu pada tahun 1982 ditetapkan sebagai kota budaya bersama kota Yogyakarta.
Daerah ini sebelumnya dikenal sebagai Fort Van Der Capellen selama masa penjajahan Belanda ini mempunyai banyak sekali benda-benda cagar budaya dan nilai budaya yang sangat potensial untuk mendatangkan incame untuk daerah itu.
Fort Van Der Capellen merupakan benteng pertahanan Belanda yang didirikan saat Perang Padri. Benteng tersebut dibangun antara 1822–1826 yang akhirnya secara resmi diganti nama menjadi Batusangkar pada 1949.
Benteng Fort Van Der Capellen, Gedung Indo Jalito serta tugu kemerdekaan yang berada ditengah taman Cindua Mato akan menjadi objek wisata sejarah yang menarik, tetapi karena belum terpublikasi dengan baik ketiga bangunan sejarah itu banyak menjadi saksi bisu sejarah.
Lalu bila kita lihat tinggalan benda-benda cagar budaya tempo dulu tentunya juga menjadi tujuan wisata yang menarik tapi bila hal itu benar-benar dikemas dengan baik dan dipublikasikan secara profesional tentunya daerah itu menjadi tujuan wisata budaya, sejarah, wisata kuliner serta wisata alam.
Padahal Era digital menyediakan segalanya karena dunia ada di ujung jari, artinya semuanya bisa dilakukan dengan sentuhan jari dan dalam waktu yang singkat.
Selama ini masih sedikit orang yang menyadari bahwa dunia digital memungkin untuk melakukan hal-hal yang tidak terduga sebelumnya, terutama dalam hal promosi kebudadayaan dan pariwisata.
Seharusnya dengan kemajuan dunia digital sekarang, promosi tentang budaya dan pariwisata tidak hanya melulu tugas pemerintah saja, akan tetapi bisa juga oleh individu, hal itu dan akan mendatangkan dampak positif bagi pemerintah daerah dan individu itu sendiri secara finansial.
Begitulah setidaknya yang tergambar dalam Webinar Gerakan Literasi Digital 2021 Kabupaten Tanah Datar, Senin (9/8) pagi. Kegiatan yang dilaksanakan secara virtual itu menggunakan aplikasi zoom, dan berlangsung dari pukul 09.00-12.00 WIB.
Kegiatan ini diikuti oleh 416 peserta, yang berasal dari pelajar, guru, ASN dan mahasiswa yang tidak hanya berasal dari Tanah Datar tetapi Sumatera Barat, serta dari sejumlah daerah di Indonesia.
Webinar kali ini mengambil tema “Promosi Budaya Indonesia Melalui Media Digital” dan mendapat sambutan yang menggembirakan dari peserta yang rata-rata pemerhati, dan praktisi pendidikan, pemerhati budaya, serta ASN setempat.
Adapun yang tampil sebagai pembicara adalah: Ardi Lunardi ( E-Comerse Manager), Koharudin S.T ( Kepala Seksi Layanan Hubungan Media), Siska Mandalia S.S M.BA ( Dosen Pariwisata Syariah IAIN batusangkar), dan Bayu Harianto, ST (Blogger, Penggiat Heritage, Pariwisata dan Literasi Digital)
Moderator dalam iven kali ini adalah Hafidz Dzaki, selain itu juga ada Key Opinion Leader
@erisafaddd (MC, Conten Creator (IG & TikTok)
Kegiatan yang dihelat oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia bekerjasama dengan PT PCI ini mengusung empat tema besar yakni; (1) Budaya Bermedia Digital; (2) Aman Bermedia Digital; (3) Etik Bermedia Digital; dan (4) Cakap Bermedia Digital yang dilaksanakan di 34 provinsi, 514 kabupaten/kota sampai akhir tahun ini.
Dalam seksi tanya-jawab, perserta Listya Pratiwi kepada nara sumber Ardi Lunardi tentang bagaimana memanfaatkan teknologi digital untuk mendukung budaya sebuah bangsa, sekaligus merajut spirit multikulturalisme?
Peserta lainnya, Rani Febrianti bertanya kepada narasumber Siska Mandalia tentang, bagaimana mengetahui bahwasanya informasi itu benar mengingat kemajuan dunia digital yang bisa memanfaatkan foto orang lain sebagai penguat informasi, dan upaya apa yang dapat kita lakukan untuk mengantipasi keadaan tersebut.
Sementara itu, Rani Febrianti bertanya kepada narasumber Koharudin tentang perlindungan data di indonesia masih jauh dari kata maksimal,seringnya kasus pembajakan yang berujung pembobolan data pribadi. Adakah tindakan atau cara untuk mengatasi masalah tersebut,dan hukum apa saja yg dikenakan untuk pihak ke 3 dan cara cepat untuk mengetahui pelaku?
Semenatara peserta Rudi Sulaiman Siregar menanyakan kepada narasumber narasumber Bayu Harianto, tentang banyaknya potensi wisata yang dapat dikembangkan baik berbasis sumber daya alam, keunikan budaya, maupun wisata kreatif lainya, namun tantangannya adalah jaringan, sementara era digital tentu terkait erat dengan jaringan tersebut.
Kegiatan Webinar Literasi Digital untuk Sumatera Barat berikutnya akan akan kembali dihelat oleh Kota Padang, Rabu (11/8).
Setiap peserta yang mendaftar dan mengikuti webinar ini akan mendapatkan fasilitas berupa E- sertifikat dari Kominfo dan Voucher E-Money (***).