Surau Di Komplek Museum Istana Basa Pagaruyung Simbol Religiusitas Masyarakat Minangkabau

Surau Di Komplek Museum Istana Basa Pagaruyung Simbol Religiusitas Masyarakat Minangkabau

- in BUDAYA, Headline, OPINI
0

Oleh Destia Sastra

Dilingkungan museum istana Basa Pagaruyung, selain bangunan utama yaitu istana juga terdapat surau yang dibangun berdekatan dengan Tabuah Larangan.

Surau yang terawat dengan baik itu dimanfaatkan oleh pengunjung museum istana Basa Pagaruyung untuk beribadah, wisatawan memang lebih memilih sholat dilingkungan istana dari pada ke Mesjid yang berdiri megah tidak jauh dari komplek museum itu.

Keberadaan surau bagi masyarakat Minangkabau memiliki peranan yang sangat penting dalam menempa karakter anak-anak laki-laki agar tumbuh dan berkembang sehingga memiliki daya saing yang tidak perlu diragukan lagi.

Surau bagi masyarakat Minangkabau memiliki peran yang cukup banyak seperti belajar agama, akhlak, pantun, randai dan adat budaya Minangkabau lainnya bahkan di surau jugalah tempat pembentukan pribadi penerus generasi Minang sebelum dilepas merantau

Sisi religiusitas masyarakat Minangkabau tidak bisa dipisahkan dari surau, karena surau menjadi tempat interaksi kehidupan sosial budaya masyarakat setempat.

Seperti diketahui, masyarakat Minangkabaumenganut sistem kekeluargaan melalui jalur perempuan atau matrilineal, walaupun budayanya juga sangat kuat diwarnai ajaran agama Islam (A.A. Navis)

Sisi religiusitas masyarakat Minangkabau itu dituangkan dalam falsafah  Adat Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah (ABS SBK), Syara’ mangato, Adat mamakai.

Tidah heran kalau dulunya masyarakat Minangkabau banyak melahirkan tokoh-tokoh nasional yang berkiprah sampai ke tingkat internasional, itu semua di sebabkan oleh peran surau yang sangat strategis sehingga terbentuklah kepribadian yang tangguh dalam diri masyarakat minangkabau.

Keberadaan Surau dilingkungan museum istana Basa Pagaruyung tidak hanya untuk memudahkan pengunjung untuk beribadah, tetapi simbol religiusitas masyarakat Minangkabau.

Berlaku dikerajaan Pagaruyung, di istana tidak disiapkan kamar untuk anak laki-laki, mereka bermalam di surau. Dan sampai saat ini, di Minangkabau orang tua tidak menyiapkan kamar bagi anak laki-lakinya, meski tidak ada lagi anak laki-laki yang tidur di surau.

Fungsi surau saat itu, tidak hanya untuk beribadah (shalat), tetapi juga tempat mengajarkan Al- Qur’an dan Hadis serta ilmu lainnya, juga sebagai tempat musyawarah, tempat mengajarkan adat, sopan santun, ilmu beladiri (silat Minang) dan juga sebagai tempat tidur bagi anak laki-laki raja yang mulai Akil baligh.

Surau merupakan lembaga pendidikan tertua di Minangkabau, bahkan sebelum Islam masuk ke Minangkabau surau sudah ada.

Dengan datangnya Islam, surau juga mengalami proses islamisasi, tanpa harus mengalami perubahan nama. Selanjutnya surau semakin berkembang di Minangkabau

Hal ini secara alamiah menjadi sangat
penting, karena dapat membentuk watak bagi generasi muda Minangkabau, baik dari segi ilmu pengetahuan maupun ketrampilan praktis.

Referensi:

  1. Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru, (Jakarta: Logos, 1999).
  2. Ibid.

Leave a Reply