Batusangkar, bakaba Untuk melestarikan budaya Minangkabau di Sumatera Barat, SMA N 1 Batusangkar mengelar ujian pratek budaya bagi siswa jurusan IPS Minggu (29/04). SMA N 1 sudah lama memasukan materi kebudayaan dalam muatan lokal dan ekstrakurikuler. Generasi cerdas, generasi yang mencintai budayanya.
“Pelajaran budaya terhadap siswa, agar para siswa mengenal budayanya sendiri yang merupakan jati diri bangsa”, ujar Santa Al Riko guru seni dan budaya SMA N 1.
Menurutnya memperkenalkan budaya Minangkabau sejak dini, kemudian secara berlahan-lahan memberikan pemahaman tentang nilai-nilai budaya itu kepada siswa akan sangat positif hasilnya dalam hal pelestarian budaya.
Agar kebijakan materi budaya masuk dalam kegiatan muatan lokal, maka SMA N 1 sudah lama memasukan materi budaya tersebu dalam muatan lokal.
“Di Sumbar kebudayaan yang dominan adalah kebudayaan Minangkabau, apalagi Tanah Datar pusat Kebudayaan Minangkabau, sehingga sudah menjadi tanggung jawab bersama untuk melestarikannya”, ujarnya.
Sementara Muhammad Wahyu salah seorang sutradara randai yang memilih alur cerita “Lareh Simawang” mengatakan generasi yang cerdas adalah generasi yang mau mencintai dan melestarikan budaya sendiri, pasalnya budaya sebagai jati diri itu akan hilang bila generasinya tidak mencintai budayanya.
Dalam ujian pratek saat ini akan ditampilkan tiga randai dengan alur cerita berbeda, yaitu Lareh Simawang, Sikarang Manih, Rambun Pamenan.
Lareh Simawang ini menurut Wahyu menceritakan tentang seorang laki-laki Minang yang pergi merantau ke daerah, lain. Dalam perantauan tersebut, hatinya terpikat pada seorang gadis cantik dan melupakan anak-anak dan istrinya yang berada di kampung halamannya.
Karena terlanjur terpikat oleh kecantikan gadis di perantauan, dia menyampaikan keinginan untuk menikahi gadis tersebut, tetapi hal itu mendapat reaksi yang cukup keras dari anak-anak dan istrinya bahkan sang istri sampai membunuh anak-anaknya lalu bunuh diri. (TIA)