Oleh: Riris Srikandi Mahardika
Civitas akademika Universitas Andalas
Kunyit, temulawak, dan jahe sejak dahulu berperan penting sebagai ramuan tradisional karena dipercaya memiliki khasiat dalam mencegah dan menyembuhkan suatu penyakit. Sejak pandemi Covid-19 merajalela, konsumsi rimpang-rimpangan juga mengalami kenaikan.
Masyarakat berupaya untuk menjaga daya tahan tubuh, salah satunya dengan memanfaatkan ramuan tradisional. Bukan tanpa sebab, ternyata ada salah satu senyawa bermanfaat yang terkandung dalam keluarga rimpang-rimpangan ini, yaitu curcumin.
Sejak ditemukan lebih dari 200 tahun yang lalu, curcumin juga telah diteliti di seluruh dunia. Berbagai penelitian menunjukkan curcumin memiliki bermacam khasiat mulai dari antibakteri, antioksidan, antiinflamasi, antikanker, penurun gula darah dan juga sebagai immunomodulator.
Dekan Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Daryono Hadi Tjahjono menyebutkan berbagai penelitian farmakologi telah dilakukan terhadap kurkumin.
Namun salah satu yang menjadi perhatian saat ini adalah pengaruh curcumin terhadap penyembuhan Covid-19. Selain itu, gabungan kandungan senyawa kimia dari keluarga rimpang tersebut bermanfaat sebagai imunomodulator untuk menjaga daya tahan tubuh.
Efek gabungan senyawa kimia dalam tanaman tersebut tentu bisa berbeda dengan efek senyawa curcumin secara tunggal.
Hoax sempat beredar di kalangan masyarakat bahwa curcumin dapat meningkatkan resiko terpapar Covid-19. Mengenai hal ini.
Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOT JI) dr. Inggrid Tania menjelaskan salah satu manfaat curcumin yang terungkap melalui berbagai penelitian dan uji klinis adalah meningkatkan sistem imunitas tubuh atau berperan sebagai imunomodulator.
Menurut beberapa penelitian, senyawa curcumin mampu menghambat pelepasan senyawa peradangan, sitokin. Dengan demikian senyawa ini dapat mencegah terjadinya badai sitokin pada pasien Covid-19 karena memiliki sifat antiinflamasi.
Menurut Dony Mathiew dan Wei Li-Hsu dalam jurnalnya yang berjudul Antiviral potential of curcumin, “Selain berperan untuk memperkuat daya tahan tubuh dan anti peradangan, curcumin juga memiliki efek menghambat proses pertumbuhan virus, baik secara langsung dengan cara merusak fisik virus maupun melalui penekanan jalur pensinyalan seluler yang penting dalam proses replikasi virus.” Curcumin mampu berikatan dengan reseptor protein SARS-CoV 2 yaitu melalui ikatan dengan domain protease (6Lu7) dan spike glikoprotein. Ikatan ini berpotensi untuk menghambat aktivitas Covid-19.
Di Amerika Serikat, curcumin telah diakui aman (Generally Recognized as Safe) sebagai aditif makanan oleh FDA (US FDA, 2013). Efek samping yang serius pada manusia yang menggunakan curcumin dosis tinggi belum pernah dilaporkan.
Jahe dan kunyit juga sudah akrab dengan kehidupan kita sehari-hari, bahkan sebelum pandemi Covid-19 pun, jahe dan kunyit dikonsumsi untuk menjaga daya tahan tubuh.
Jahe dan kunyit menjadi ramuan herbal ketika tubuh merasa kurang sehat. Salah seorang warga yang akrab disapa Jun, sangat ahli dalam membuat minuman berbahan jahe atau kunyit, beliau menjelaskan
“Kita harus memaksimalkan apa yang telah disediakan alam untuk kita, bahan alami tidak memiliki efek samping seperti pada obat kimia, apalagi di era pandemi seperti sekarang ini.” Ujar Jun.
Selain itu, menurut Eka, seorang ibu rumah tangga, rimpang seperti jahe dan kunyit tidak hanya berperan sebagai tanaman herbal, tetapi juga sebagai bumbu masakan.
“karena saya seorang ibu rumah tangga, saya sudah sangat akrab dengan bahan-bahan seperti ini, tidak terbatas pada kunyit dan jahe, namun bumbu lain seperti lengkuas, kencur, sereh, dan sebagainya memiliki manfaat yang banyak, apalagi masakan Indonesia yang kaya rempah-rempah. Makanan yang dibuat menjadi enak dan kandungan gizinya sangat bagus untuk menjaga kesehatan.” Ujar Eka.
Dengan demikian, penggunaan ramuan tradisional seperti jahe dan kunyit dapat menjadi alternatif untuk menjaga daya tahan tubuh di era pandemi dengan kandungan senyawa yang dimilikinya.
Ramuan yang telah diwariskan oleh bangsa ini secara turun-temurun tidak kalah bermanfaat dengan obat kimia yang beredar luas, bahkan sangat sedikit ditemukan kasus efek samping atau reaksi alergi bagi orang yang mengkonsumsi ramuan tradisional. (***)