Oleh Muhammad Fadhil
Kebakaran hutan dan lahan sudah seperti menjadi agenda rutin setiap tahun di Indonesia, pada tahun 2019 KARHUTLA kembali terjadi, hal ini menandakan Indonesia telah gagal dalam penanganan dan pencegahan KARHUTLA. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terpantau ada enam Provinsi dengan dampak terparah kebakaran. Enam Provinsi tersebut adalah Aceh, Riau, Sumatra Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Dalam hal ini Sumatra dan Kalimantan mejadi Provinsi dengan kebakaran hutan dan lahan paling luas dan merupakan langganan kebakaran hutan dan lahan tiap tahunnya.
Dari data sipongi.menlhk.go.id tercatat pada tahun 2019 kebakaran hutan dan lahan pada tahun ini mencapai 328.722 Ha dan yang terparah adalah wilayah kalimantan dan Sumatera dengan jumlah lahan yg terbakar berkisar 168.988 Ha
Dengan data rincian luas daerah lainnya, seperti wilayah Riau mencapai 49.266 Ha, Kalimantan tengah 44.769 Ha, Kalimantan Barat 25.900 Ha, Kalimantan Selatan 19.266 Ha, Sumatera Selatan 11.826 Ha, Jambi 11.022 Ha, Kalimantan Timur 6.715 Ha, Kepri 5.621 Ha, yang mengakibatkan bencana asap dan beresiko terjangkit penyakit ISPA pada masyarakat.
Sangat disayangkan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah belum maksimal menuntaskan persoalan Kebakaran Hutan dan Lahan.
Saya menilai pemerintah yang masih separuh hati dalam menuntaskan Kebakaran Hutan dan Lahan, khususnya di Provinsi Riau. Hal ini terbukti dengan terus meningkatkan grafik luas hutan dan lahan yang terbakar sepanjang 2017 sampai dengan 2019.
Berdasarkan data MRI per 11 September Populasi yang terdampak paparan asap di Provinsi Riau sebesar 6.657,900 jiwa yang tersebar di 12 Kabupaten/Kota 166 Kecamatan 1859 Desa dengan titip api berjumlah 289 dan ISPU PM10 381 dengan status berbahaya.
Dihubungi via telfon Direktur Bidang Lingkungan Hidup Bakornas LEPPAMI PB HMI Aidon Diago mengatakan persoalan Indonesia dalam penghujung tahun ini sangat komplek, salah satunya adalah tentang Kebakaran hutan dan Lahan. Mahasiswa mesti mengusut tuntas ada apa di balik KARHUTLA yang setiap tahun rutin terjadi.
“Kami akan tetap konsisten dalam menangani KARHUTLA yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan, semoga pihak-pihak terkait tidak buta dan masih dapat menyototi kondisi saudara-saudara kita di sana” Tutup Aidon Diago.
Hutanku sayang hutanku malang, luasmu selalu berkurang, berbagai aktifitas yang membuat hutan sebagai paru-paru dunia berkurang secara signifikan, seperti illegal loging, kebakaran hutan dan lahan serta aktifitas lainnya.
Akankah nanti kekayaan hayati Indonesia itu nantinya hanya tinggal kenangan?.
Untuk mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan serta aktifitas yang dapat merusak hutan sudah saatnya pemerintah mempunyai program terukur sehingga Karhutla yang rutin terjadi setiap tahun dapat di atasi. (***)