Pandemi, Agama Tidak Hanya Memainkan Peran Lentur

Pandemi, Agama Tidak Hanya Memainkan Peran Lentur

- in Headline, OPINI
0

Oleh Redni Putri Meldianto

Saat pandemi covid-19 agama sering kali dituduh sebagai suatu masalah dalam mengatasi pencegahan pandemi covid-19. Tuduhan semacam ini terjadi karena kasus pasien yang terinfeksi covid-19 dikonfirmasi berhubungan dengan tindakan keagamaan yang dilakukan baik di mesjid, gereja, wihara dan tempat ibadah lainnya.

Agama memiliki peran yang sentral dalam mengatasi pandemi covid-19, karena seluruh pemimpin dan pemeluk agama harus melakukan upaya terbaik untuk mengatasi dan mencari solusi untuk menghentikan penularan covid-19. Agama merupakan sarana paling realistis dalam membantu memerangi penyebab covid-19.

Sains dan imam adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan ditengah situasi pandemi covid-19. Disini menjadi tempat yang proporsional bagi lembaga agama untuk menjelaskan temuan-temuan ilmiah yang rasional untuk menyematkan kehidupan manusia dengan tetap menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber rujukan.

Agama menawarkan solusi praktis dan spiritual ditengah wabah covid-19. Dimana seluruh pemeluk agama menawarkan bantuan bahan pagan, akomodasi, uang sumbangan dan layanan kesehatan. Solidaritas semacam ini sangat dibutuhkan, karena jutaan individu terkena dampak kesehatan, psikologi, ekonomi, dan emosional dari pandemi covid-19.

Agama merupakan medium yang dapat dijadikan sandaran untuk mengeliminasi rasa takut dan kepanikan berlebihan akibat pandemi covid-19. Didalam Al-Qur’an surat an-nahl ayat 112 dijelaskan bahwa manusia adalah makhluk yang paling rentan mengalami kepanikan  akibat dari bencana alam. Dalam situasi pandemi covid-19 pada saat sekarang keresahan dan kepanikan sangat dirasakan oleh masyarakat akibat dari wabah covid-19. Hal ini tentu saja menimbulkan tindakan yang merugikan banyak pihak, seperti menimbun  bahan makanan, dan APD.

Agama ternyata tidak hanya memainkan peran lentur dan penuh penyesuaian. Rangkaian kegiatan keagamaan yang menyangkut perkumpulan massa disesuaikan dengan protokoler kesehatan, pertemuan fisik antar umat beragama dikurangi karena melakukan physical distance. Seluruh umat beragama pada masa pandemi covid-19 berusaha untuk beradaptasi dengan wabah.

Institusi dan pemeluk agama terbukti bijak dan berani  dalam menghadapi wabah. Ibadah yang dianggap suci dan sakral bisa dimodifikasi sesuai dengan kebaikan dan keamanan umat beragama. Maka tidak sepenuhnya benar bahwa agama gagap dalam menghadapi pandemi covid-19. Agama mampu untuk menangkap peran sains dan protokoler kesehatan, buktinya pemimpin agama menyerukan kepada umat beragama untuk menyesuaikan diri dengan prosedur kesehatan.

Adaptasi agama pada masa wabah ini harus dipahami dalam konteks yang lebih luas, dalam sejarah manusia saja sudah dibuktikan bahwa agama sudah bertahan di dunia selama ribuan tahun. Dalam setiap perubahan zaman, peralihan peradaban, perubahan struktur masyarakat, agama menyesuaikan diri berkali- kali. Agama mampu untuk mempengaruhi struktur kolektivitas manusia yang mengatur dalam bersikap dan bertindak.

Leave a Reply