Oleh: Kharisma Pratiwi
MahasiswaSosiologi Agama IAIN Bukittinggi
Media sosial menjadi trend bagi anak-anak hingga pada orang dewasa. Era global ini tak dapat dipungkiri bahwa teknologi sudah semakin canggih, perubahan ini terjadi secara cepat. Selain berlomba-lomba dalam meningkatkan kualitas alat yang diciptakan oleh ahlinya, konsumen juga berlomba-lomba meraih kecanggihan teknologi yang diciptakan para ahlinya.
Alih-alih sebagai terpenuhinya hasrat pribadi, memiliki teknologi yang canggih juga sebagai ajang eksistensi individu dalam menampakkan kesempurnaan hidupnya kepada orang lain.
Media sosial yang saat ini sangat digemari oleh kalangan anak-anak hingga orang dewasa, sepertik tik-tok, instagram, facebook, youtube.
Media sosial bentuk ini juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat lapangan pekerjaan atau dapat menghasilkan uang. Media sosial ini pun semakin hari memenuhi hasrat para penggunanya, hingga mampu menyempurnakan bentuk fisik seseorang, menyediakan ruang berkomentar sebagai kebebasan berbicara, tempat like untuk sebuah postingan akun dan banyak lainnya.
Para pengguna media sosial yang dicontohkan sebelumnya memberikan dampak yang besar pada kepribadian hidup seseorang, terutama pada perempuan. Insecure bentuk dari penyakit media sosial yang dialami oleh seorang pengguna aktif bermedia sosial.
Bahkan seseorang bisa kehilangan dirinya sendiri atau jati dirinya, sebab pengaruh dari postingan orang lain yang jangkaunya luas.
Rasa insecure tumbuh berawal dari adanya rasa ingin lebih atau rasa ingin terlihat sepurna yang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya.
Insecure itu sendiri merupakan bentuk dari rasa takut, gelisah atau adanya ketidak percayaan diri untuk tampil baik di lingkungan masyarakat termasuk dalam media sosial. Kita sebagai pengguna media tanpa sadar telah mengalami itu, tentunya dalam kadar yang berbeda-beda.
Seperti instagram menyediakan filter kamera yang beragam macamnya, ada untuk terlihat lucu, untuk game, dan ada pula sebagai perubah bentuk kulit menjadi lebih putih dimana bintik-bintik di wajah dapat tertutupi.
Filter ini memberikan kepuasan bagi pengguna media sosial untuk dapat terlihat lebih sempurna. Sehingga warna kulit idaman itu adalah putih. Masyarakat mengelompokkan itu dalam hal sempurna dan tidak sempurna, sehingga seseorang berusaha untuk terlihat cantik dan menarik dalam media sosialnya.
Bagaikan penyihir dalam sebuah dongeng Cinderella “ akulah yang paling cantik di negeri ini..!!!, sekiranya begitulah tanpak di media sosial yang kita tonton.
Selain menampilkan kecantikan yang cantik dan menarik, seseorang juga tak serupa dengan berkata atau berucap antara ketika berada dalam dunia maya dan nyata.
Mereka mengkritik kesalahan-kesalahan orang lain dengan tutur kata kasar yang menyakiti orang lain dengan kata yang diucapnya.
Pada dasarnya mereka sendiri belum mampu untuk itu. Dapat kita lihat kejadian-kejadian yang dialami oleh para artis yang bahkan dapat bunuh diri akibat kalimat hujatan yang tajam oleh pengguna media lainnya. Juga mereka dituntut untuk lebih terlihat sempurna dan harus sesuai dengan keinginan orang lain, hal ini juga menyebabkan akan kehilangan diri seseorang yang sesungguhnya hanya melalui media sosial. Tentu, semua kembali kepada pribadi masing-masing dalam bermedia sosial.
Insecure sebagai salah satu penyakit sosial yang berbahaya bagi kepribadian seseorang. Seperti pada kalangan perempuan, ia akan tidak tampak percaya diri dengan fotonya yang terlihat lebih gendut, wajahnya yang berjerawat ketika berfoto, pakaiannya yang jelek semua ini mempengaruhi pola pikir seorang perempuan hingga harus tampak lebih sempurna ketika berfoto dan sebagainya.
Bahkan efek dari insecure ini membuat seorang individu hanya akan berani dan percaya diri dalam dunia maya, dan cenderung menutup diri dengan dunia nyatanya. Sosialisasi dengan masyarakat sekitarnya akan berkurang seperti kurangnya etika ketika sudah berbaur dengan lingkungan sosial yang nyata. (***)