PULAU PUNJUNG, bakaba.net — Media sosial dianggap lebih emansipatif dan egaliter, pasalnya dapat langsung menyuarakan pandangan individu ke ranah publik.
Tetapi media sosial perlu digunakan dengan bijak agar tidak mengubah budaya Indonesia yang toleran dan ramah.
Saat ini masyarakat berlomba menjadi yang tercepat dalam membagi informasi di media sosial. Terkadang tanpa cek dan ricek. Yang viral dianggap sebagai sebuah kebenaran.
Sebagai sebuah budaya baru, hadirnya media sosial ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi menimbulkan manfaat positif luar biasa, namun di sisi lain low-taste content yang membanjir melalui internet dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat
Tetapu seiring kemajuan teknologi, dunia digital menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, akibat berbagai informasi dan kabar beredar di jagad maya.
Permasalahan baru muncul ketika kabar yang disebar tersebut ternyata tidak tepat atau tidak seperti yang disiarkan tersebut. Permasalahan muncul ketika kabar beredar sudah sempat dipercayai kebenarannya oleh sekelompok orang.
Keberadaan hoaks tersebut saat ini sudah cukup meresahkan di tengah masyarakat, informasi yang diragukan kevalidannya beredar dengan gampang sehingga seringkali menimbulkan keresahan bahkan menjurus kepada perpecahan.
Selain itu latah atau ikut-ikutan menyebar kabar bohong di internet bisa berakibat fatal, kalau ada pihak yang merasa dirugikan dan yang bersangkutan menuntut UU ITE sudah siap menjerat.
Begitulah setidaknya yang tergambar dalam Webinar Gerakan Literasi Digital 2021 Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, Kamis (12/8) lalu.
Kegiatan yang dilaksanakan secara virtual itu menggunakan aplikasi zoom, dan berlangsung dari pukul 09.00-12.00 WIB.
Kegiatan ini diikuti oleh 882 peserta, yang berasal dari pelajar, guru, ASN dan mahasiswa yang tidak hanya berasal dari Dharmasraya tetapi Sumatera Barat, serta dari sejumlah daerah di Indonesia.
Webinar kali ini mengambil tema “Bijak Bermedia Sosial: Jangan Asal Sebar di Internet” dan mendapat sambutan yang menggembirakan dari peserta yang rata-rata pemerhati, dan praktisi pendidikan, pemerhati budaya, serta ASN setempat.
Adapun yang tampil sebagai pembicara adalah: Humaimi, MA (Akademisi Ilmu Komuniaksi), Nursatyo, S.Sos (Dosen Ilmu Komunikasi), Abna Hidayati, M.Pd (Ketua Jurusan Teknologi Pendidikan UNP), dan Andison, S.si, M.Pd (Kepala SMK 1 Koto Besar Dharmasraya)
Moderator dalam iven kali ini adalah Hafidz Zacky, serta Key Opinion Leader @luluehasbu ( Owner elhasbu, Spoke Person Wardah Beauty)
Kegiatan yang dihelat oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia bekerjasama dengan PT PCI ini mengusung empat tema besar yakni; (1) Budaya Bermedia Digital; (2) Aman Bermedia Digital; (3) Etik Bermedia Digital; dan (4) Cakap Bermedia Digital yang dilaksanakan di 34 provinsi, 514 kabupaten/kota sampai akhir tahun ini.
Pada sesi tanya-jawab, salah seorang perserta, Rara, menanyakan kepada n arasumber : Humaimi MA, tentang di zaman sekarang banyak milenial yang menggunakan media sosial untuk menyinggung orang lain, bagaimana kita harus menyikapi hal itu.
Selanjutnya peserta atas nama Fransiskus Julio bertanya kepada narasumber Nusatyo, S.Sos
Tentang biasanya dalam membuka sebuah web orang akan di hadapkan kepada link iklan yang akan mengarahklan kita ke situs tertentu, apakah itu di anggap phising?
Peserta lainnya, Vivi Mairina, bertanya kepada narasumber Abna Hidayati tentang kecakapan digital dapat diwujudkan di daerah yang sama sekali tidak terjamah oleh teknologi, serta bagaimana peran pendidik agar dapat melakukan pembelajaran berbasis digital di daerah tersebut.
Sedangkan peserta atas nama Dwi Santri bertanya kepada narasumber Andison, S.Si, M.Pd
Tentang bagaimana cara menanggapi hoaxs di era new normal saat ini
Kegiatan Webinar Literasi Digital selanjutnya akan dihelat Kabupaten Pesisir Selatan pada tanggal 16 Agustus 2021.
Setiap peserta yang mendaftar dan mengikuti webinar ini akan mendapatkan fasilitas berupa E- sertifikat dari Kominfo dan Voucher E-Money (***).