Oleh Merry Kurnia
(BPCB Sumatera Barat)
“Tugu Kemerdekaan Cindua Mato, Saksi Bisu Perjuangan Masyarakat Fort Vander Capellen”
Bagian Kedua
Perjuangan pergerakan bangsa indonesia berakhir indah dengan pernyataan kekalahan jepang pada sekutu tanggal tanggal 14 Agustus 1945, setelah sekutu menjatuhkan bom atom di kota Hirosima dan Nagasaki meluluh-lantakkannya jadi abu.
Tidak berselang lama pemuda mengetahui kekalahan jepang, kabar itu dengan cepat disebarkan dan pada tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan indonesia diproklamirkan meskipun jepang belum menyatakan kekalahannya pada bangsa Indonesia.
Eforia menjalar ke daerah daerah termasuk ke Sumatera barat, namun mengingat situasi yang belum kondusif bentuk dukungan dari Sumatera Barat tertunda beberapa hari karena menghindari rahazia Kampetai yang masif.
Pada tanggal 24 Agustus 1945 dengan keberanian di bawah tekanan militer Jepang yang hampir putus asa, para pemuda menyebarkan ke seluruh pelosok Sumatera Barat berita kemerdekaan Indonesia, berupa selebaran permakluman kemerdekaan Indonesia yang dicetak di Kantor padang, berita itu menyebar dengan cepat begitu juga di Batusangkar.
Mengenang perjuangan dan kemerdekaan Indoensia, maka hampir diseluruh kota dan kabupaten di Indonesia di bangun tugu-tugu perjuangan.
Batusangkar juga membangun tugu perjuangan kemerdekaan Indonesia tidak lama setelah proklamasi diproklamirkan untuk mengenang perjuangan bangsa yang mengorbankan jiwa dan raga demi melepaskan negeri dari penjajahan yang menyakitkan.
Tugu ini dikenal dengan nama Tugu Kemerdekaan Cindua Mato Tugu ini mempunyai nilai historis yang sangat tinggi.
Tugu itu merupakan salah satu monumen peringatan atas peristiwa pengibaran bendera merah putih pertama kalinya di Batusangkar yang dilakukan di lapangan Cindua Mato dan menjadi saksi perjuangan masyarakat Batusangkar mempertahankan kemerdekaan dari kolonial Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia dengan membonceng pada sekutu.
Pada masa pertahanan kemerdekaan Belanda melakukan dua kali Agresi militer yang banyak memakan korban baik jiwa dan harta. Perjuangan yang tiada henti berakhir manis dengan tidak tergoyahkannya kemerdekaan Indonesia.
Tugu Kemerdekaan Cindua Mato, berdasarkan analisisa foto yang tahun 1948-1949 diperkirakan tugu ini dibangun antara tahun 1946-1947.
Tugu Kemerdekaan itu menyimpan sejarah yang purna akan perjuangan masyarakat Indonesia kususnya Tanah datar.
Dengan nilai yang dipunyainya maka tugu ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya yang wajib untuk dilindungi dan dilestarikan.
Benda- benda peninggalana sejarah merupakan salah satu saksi yang bisa menjadi informasi mengenai peristiwa, karena sangat berkaitan dengan aktifitas manusia pada masa lalu
Tugu Kemerdekaan Cindua Mato menyimpan sejarah penting masyarakat Tanah Datar yang bisa diwariskan ke generasi selanjutnya, yang bertujuan meningkatkan jiwa nasionalisme.
Manusia tanpa sejarah ibarat pohon tanpa akar dan negara yang besar adalah negara yang tidak melupakan sejarahnya (Bung Karno).