Oleh: Silfia Hanani
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 di Sumatera Barat untuk memilih 11 kepala daerah di Kabupaten dan 2 di kota dengan jumlah pasangan yang ikut berkompetisi sebanyak 48 pasangan telah berakhir dengan terpilihnya pasangan yang memperoleh suara teratas dan di bulan Februari ini jika tidak ada aral melintang pasangan-pasangan yang memenangkan kompetisi itu akan dilantik secara resmi.
Pada Pilkada 2020 ini di Sumatera Barat cukup menarik karena adanya pasangan melawan kotak kosong seperti di Pasaman Barat dan ditemukan adanya perempuan yang ikut berkompetitif.
Tentu ini sebagai salah satu corak warna politis yang semakin berkembang di Sumatera Barat, jika kita mencermati fenomena-fenomena yang terjadi itu.
Namun, jika kita melihat kepada genologis dan budaya demokrasi Sumatera Barat yang pada umumnya sebagai wilayah penganut kultur budaya Minangkabau, maka kehadiran perempuan sebagai salah satu pasangan di Pilkada tentu menjadi sebuah catatan menarik untuk dicermati.
Pertama, hal ini sebagai salah satu bentuk keberhasilan daripada affirmative action atau dorongan kesadaran berpolitik bagi perempuan.
Kedua tentu jelas sebuah kesadaran budaya dimana perempuan sebagai bundo kanduang yang tidak salah untuk berpolitik bahkan didorong untuk melakukan peran aktif membangun keseimbangan bersama.
Perempuan yang ikut perkompetitif di Pilkada 2020 Sumatera Barat itu adalah Betty Shadiq Pasadigoe (BSP) yang berlaga di Kabupaten Tanah Datar.
BSP merupakan perempuan pertama di Sumatera Barat yang ikut dalam kompetitif semenjak Pilkada digelar di negeri ini.
Dengan demikian Sumatera Barat selama ini belum pernah ada kapala derah perempuan, pada hal daerah ini sangat mengakui eksitensi perempuan dalam berdemokrasi sebagaimana yang ada dalam tradisi bundo kanduang.
Keikutsertaan BSP dalam berkompetitif dalam Pilkada 2020 di Sumatera Barat patut diacungkan jempol karena keberaniannya dalam berkompetitif itu, sekali pun BSP belum menuai dewi fortuna kemenangan. B
BSP sudah menjadi perempuan pertama yang dicatat dan kenang dalam sejarah pilkada di daerah ini yang ikut berlaga ditengah mayoriti laki-laki, seperti halnya Kamala Harris menjadi perempuan pertama sebagai wakil presiden Amerika Serikat sepanjang sejaran pemilihan kepala negara Paman Sam yang sudah berlalu selama ini, dimana baru pada Presiden ke-46 negara tersebut memiliki wakil presiden perempuan.
Kehadiran BSP dalam kompetitif politik Pilkada tentu pukan tanpa modal atau dengan proses abal-abal, BSP dalam dunia kepemimpinan dan politik banyak sedikitnya sudah banyak mencicipi asam garamnya, dia sudah pernah menjadi ketua dharma wanita di Tanah Datar selama dua priode, menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Pusat selama satu priode dan dikung oleh pendidikan yang dimilikinya cukup representatif dalam membangun kemajuan.
Tentu dari segi kepemimpinan dan kepiawaiannya dalam mengarungi dunia politik bukan berlayar dengan tangan kosong dan tanpa persiapan.
Dengan segala pengalaman dimiliki dan jabatan yang pernah diselami BSP diprediksi dia akan mampu membawa perubahan daerah yang bakal dipimpinnya, tapi sayang BSP tidak menjadi pemenang dalam pesta kompetitif itu.
Dari tiga pasangan yang berlaga di Kabupaten Tanah Datar, pasangan BSP menempati urutam kedua.
Andaikan BSP menang di pilkada Tanah Datar 2020 itu tentu BSP tercatat sebagai perempuan pertama yang menjadi Bupati di Sumatera Barat ini dan Tanah Datar sebagai Luhak Nan Tuo di Minangkabau akan dipimpin oleh bundo kanduang.
Tapi sayang BSP belum ditakdirkan untuk menang dan Tanah Datar pun belum direlakan dipimpin oleh perempuan, bahkan Sumatera Barat pun belum pula ada kepala daerah perempuan.
Semoga BSP terus melangkah dan menjadi motivasi bagi yang lain untuk sadar berpolitik dan berkompetitif. Kita berharap dan kita tunggu BSP-BSP seterusnya. (***)