TANAH DATAR, bakaba.net – Seorang petani bertopi caping duduk menepi diantara keramaian. Matanya awas melihat orang lalu lalang dihadapannya.Tepat berada dijalan raya tidak jauh dari tempatnya duduk terpakir berbagai jenis mobil mewah.
Petani itu mengenakan baju lengan panjang usang yang penuh bercak lumpur dipasangkan dengan celana panjang yang bagian kakinya sudah berubah warna, sandal jepit menjadi pelengkap alas kaki yang digunakan bapak tua itu.
Dari kejauhan terdengar suara Bupati Eka Putra yang memaparkan dasar lahirnya progul bajak gratis yang pada intinya untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Ya hari ini Pasangan Bupati dan Wakil Bupati Eka – Richi sedang melunching program unggulan bajak gratis di Sawah Pincuran Jambu, Jorong Sitakuak, Nagari Gurun, Kecamatan Sungai, Rabu (2/2/2022).
Berlahan saya mendekati bapak tua bertopi caping itu dan ikut duduk disampingnya sambil berbagi cerita.
Ia sambil memegang potongan ketelah pohon dan bercerita, ketika pejabat datang, kami dikerahkan untuk datang ya datang, nanti setelah itu tidak tahu kelanjutannya. Mungkin beginilah nasib orang kecil ceritanya seolah mengeluh.
Bapak tua bertopi caping itu melanjutkan, ia sudah menanyakan persyaratan pengunaan pemanfaatan bajak gratis itu, tapi persyaratannya banyak benar dan membingungkan dirinya selaku petani.
“Untuk bisa mamakai bajak gratis harus terdaftar di RDKK,” katanya.
Rencana Definitif Kelompok (RDK) adalah rencana kerja uasaha tani dari kelompok tani untuk 1 (satu) tahun, yang disusun melalui musyawarah dan berisi rincian kegiatan dan kesepakatan bersama pengelolaan usaha tani.
Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok tani (RDKK) adalah rencana kebutuhan kelompoktani untuk 1 (satu) musim tanam yang disusun berdasarkan musyawarah anggota kelompok tani.
Dari pada mengurus itu lebih bagus diupakan saja ke orang lain, di Sitakuak ini banyak orang yang punya bajak, sebelumnya petani Sitakuak juga dapat bantuan mesin bajak dari Budiman anggota DPRD Sumbar.
Sebelumnya sambung bapak tua bertopi caping itu melanjutkan, sebelumnya juga sudah ada bantuan mesin bajak, tapi tidak jelas pengelolaannya.
Selanjutnya bapak tua bertopi caping itu menghela nafas panjang, sementara matanya seolah menyimpan banyak cerita tentang persoalan seputar pertanian.
Berlahan ia menunjuk petakan-petakan sawah berlahan mata saya mengikuti tunjuk bapak tua bertopi caping.
“Sawah saya disana, mengupakan membajaknya,” katanya
Tapi persoalan petani itu kelangkaan pupuk, pupuk sangat susah mencarinya, bahkan kios-kios pupuk lebih sering kosong, ulasnya.
Kalaupun pupuk ada itu dijual dengan harga yang sangat mahal.
“Tolong buk, sampaikan ke pak Bupati, agar pupuk itu lancar,” katanya dengan nada memohon.
Kelangkaan pupuk itu sebut bapak tua bertopi caping sudah terjadi lebih setahun terakhir. Padahal sebelumnya pupuk itu lancar-lancar saja, tapi sekarang mencarinya susah.
Bapak tua bertopi caping itu juga menyampaikan rasa herannya kenapa pupuk khususnya yang bersubsidi itu langka, padahal areal pertanian khususnya sawah itu-itu saja, bahkan cendrung berkurang karena banyak lahan sawah yang beralih fungsi jadi perumahan.
Kemana pupuk untuk Tanah Datar itu, kenapa bisa tidak mencukupi kebutuhan petani,” katanya dengan nada bertanya.
Tapi kita orang-orang rendah ini kalau bicara nanti salah juga katanya dengan nada putus asa.
Tetapi saat menceritakan aktifitasnya selaku petani terlihat petani bertopi caping itu bersemangat. Ia menceritakan sudah menjadi petani dari kecil, bahkan dirinya dulu sering makan ketela rambat disela-sela pengolahan lahan pertaniannya.
“Saat itu pupuk lancar dan murah,” katanya.
Tapi saat pupuk susah mendapatkannya, bapak tua bertopi caping beralih kepupuk organik, selain murah juga mudah mendapatkannya. Disamping itu, dalam mengolah lahan pertaniannya, dirinya tidak membakar jemari, tapi membiarkan terurai di tengah sawah dan menjadi pupuk alami.
“Hasil sawah tidak pernah berkurang, tidak apa-apa saya korbankan satu kali panen,” katanya dengan nada bersemangat.
Cerita bapak tua bertopi caping itu menggelitik jiwa saya, benarnya program bajak gratis itu sudah menjadi kebutuhan petani, atau hanya sebuah kebijakan kepala daerah saja.
Meski dalam skema pemanfaatan bajak gratis yang diatur oleh peraturan bupati itu mengatur sangat jelas, lalu muncul tanya “Pak Bupati, anggarannya dari mana,”.
Entahlah, saya berlalu melintas jalan dan pergi menjauh, Semoga program bajak gratis itu benar-benar bisa dinikmati petani Tanah Datar, bukan sekedar lunching untuk menjawab janji-janji politik waktu kampanye saja. (***)