Teaterikal Perjuangan Kemerdekaan Digelar, Veteran Sangat Terharu

Teaterikal Perjuangan Kemerdekaan Digelar, Veteran Sangat Terharu

- in BUDAYA, Headline
0

Batusangkar,bakaba–Para veteran yang hadir dalam upacara HUT RI 72 di Lapangan Cindua Mato Batusangkar sangat terharu menyaksikan pementasan teaterikal perjuangan kemerdekaan dengan tema Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatera Barat berjudul “Jalan terjal kemerdekaan Yengkie Bravo Juliet -6, penyambung nadi bangsa.

Teaterikal tersebut dimainkan secara kolosal oleh 760 orang penari yang terdiri dari anggota Kodim 0307 Tanah Datar, FKPPI, alumni bela negara, mitra karib kodim, SMA 1 Batusangkar, SMA Muhammadiyah, MTS Muhammadiyah, SMP 1, SMP 2 dan MTsN Batusangkar
Agus Trimulyono selaku sutradara pementasan teaterikal kolosal tersebut mencoba menghadirkan marwah pejuang PDRI yaitu YBJ-6. Keberadaan YBJ – 6 berkaitan erat dengan serentetan perjalanan panjang perjuangan PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia) dalam mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan RI pasca Agresi Militer Belanda II tepatnya pada tahun 1948.

Kala itu meski telah tiga tahun Indonesia merdeka, tetapi Indonesia masih belum merasakan kemerdekaan yang hakiki. Belanda ingin mendapatkan kembali tanah jajahannya yang lebih dari 60 kali luas negerinya itu. “Indie verlore, rampspoed geboren” (Indonesia hilang, malapetaka datang). Mereka benar-benar mencamkan ungkapan tersebut, mengingat dari tanah dan peluh pribumilah mereka makmur.

Radio Yengkie Bravo Juliet-6 dengan frekuensi 3035 KC/8 menjadi corong PDRI dalam mendengar dan memberi kabar. Alat ini mampu menerima dan mengirim radiogram dan juga memonitor berita dalam maupun luar negeri. YBJ-6 menjadi senjata menghadapi musuh. Belanda semakin merasuk ke pelosok wilayah. Belanda kian menusuk ke daerah pedalaman, terutama tempat-tempat yang diperkirakan menjadi lokasi persembunyian YBJ-6. Benar saja, karena seringnya mengudara, Belanda menangkap gelagat mencurigakan dari radio YBJ-6 melalui pengukur frekuensi radio yang dimilikinya.

Akhirnya, di sebuah Rumah Gadang milik Inyiak Soma,di sanalah diinapkannya radio YBJ-6 selama tiga bulan, Januari hingga Maret 1949. Dari tempat itu pula, radio kembali dapat berhubungan dengan Sudarsono dan AA. Maramis yang tengah menghadiri konferensi PAN Asia di New Delhi. Disampaikanlah kondisi Indonesia yang masih ada sebagai negara berdaulat. Melalui tokoh-tokoh tersebut,disuarakan kembali keberadaan Republik Indonesia kepada PBB dan dunia Internasional
Abdul Majid salah seorang pejuang bercerita keberadaaan YBJ – 6 tidak akan pernah pupus dari ingatannya, meski itu sudah berjalan 69 tahun yang lalu. YBJ-6 sangat berjasa memberikan kabar-kabar indonesia pada dunia luar dan Lintau Buo Utara tidak bisa lepas dari sejarah kemerdekaan RI.

Para veteran munurut Abdul Majid sudah mulai di undang setiap Perayaan HUT RI sejak bupati Shadiq Pasadigoe dan hal itu tetap berlanjut sampai saat ini. Padahal sebelumnya para veteran tidak pernah di undang dalam perayaan HUT RI, bahkan para pejuang tersebut tidak mengetahui HUT RI
Sementara itu Ketua DPRD Anton Yondra mengatakan Tanah Datar merupakan tongak perjuangan kemerdekaan RI. YBJ -6 sangat berjasa dalam memberikan informasi ke negara lain. Untuk itu Pemkab Tanah Datar akan mengupayakan pembangunan monumen radio YBJ – 6 di Lintau Buo Utara. (TIA)

Leave a Reply