bakaba.net sering memuat berbagai catatan yang ditulis oleh Kamsul Hasan yang ditulis secara ringan dan gampang dipahami.
Dalam setiap catatan mantan Ketua PWI Jaya yang juga aktif sebagai tenaga ahli di Dewan Pers dan beberapa kementerian khususnya Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ini selalu mengulas berbagai topik yang sedang hangat.
Dan dalam catatan kali ini, laki-laki ramah ini mengulas tentang “Susah Cari Makan” tulisanya dengan tanda baca tanya.
kamsul Hasan memulai catatan dengan PSBB kembali diberlakukan 11-25 Januari 2021 di Jawa – Bali, khususnya Jakarta yang cukup ketat. Yuk kita simak catatan kali ini.
Malam ini saya sudah ditolak lebih dari tiga rumah makan. “Tak bisa makan di tempat, Pak,” kata pegawai rumah makan.
Bukan hanya saya yang sulit cari makan ternyata pemilik rumah makan juga “Susah Cari Makan”.
Itu sebabnya di Jawa Tengah ada pedagang sate wedus yang sampai viral pada media sosial karena berselisih dengan kepala daerahnya.
Jakarta sepanjang yang saya lihat, pemilik rumah makan lebih menerima. Bahkan mini market serentak tutup pada pukul 19.00 WIB.
Teras Cipayung tempat makan bersama mulai pukul 19.00 sudah menutup pagarnya. Konsumen yang bungkus atau melalui pesanan online masih dilayani.
Khawatir tak dapat makanan yang masih buka, akhirnya “naluri” membawa ke daerah kang auw yang konon tak pernah mati.
Warung makan yang gunakan tenda bongkar pasang nampak ramai karena malam mingguan, termasuk kedai duren Acin yang terkenal itu.
Namun Ayam Sadirun di Mangga Besar VIII ternyata sudah tutup. Rumah makan ayam dan bebek goreng ini juga ikut aturan PSBB.
Ayam dan bebek goreng di Mangga Besar bukan hanya satu, jumlahnya belasan bahkan puluhan yang masih buka.
Namun sepanjang Jalan Mangga Besar Raya mulai dari Olimo sampai kolong jembatan Stasiun Mangga Besar tak ada yang jual “Malon” seperti Sadirun.
Selain Manuk Londo alias Malon, yaitu burung puyuh yang digoreng kering, acar bawang dan ketimunnya sangat menggugah selera.
Malam Minggu ini saya menyelusuri sisi lain Jalan Mangga Besar Raya untuk mencari pedagang “Tahu Siksa” dari daerah Parung, Bogor.
Ini adalah foto ilustrasi saat saya menikmati “Tahu Siksa”. Dulu bila tak jumpa di Mangga Besar saya mencari ke Stasiun Tanah Abang.
Pasca perkeretaapian dibenahi pedagang tahu ini tidak gunakan Stasiun Tanah Abang sebagai transit lagi.
Mikrolet sekarang menjadi andalan transportasi dari daerah Pecinan ke Tanah Abang lalu menuju Kebayoran Lama.
Kebayoran Lama menjadi area berkumpul untuk menyewa kendaraan bersama menuju Parung yang menjadi pusat industri rumahan Tahu Kuning. (*)