Batusangkar, Prosesi adat akan menandai dimulainya pelaksanaan alek anak nagari Wirabraja pacu kuda open race dan tradisional tahun 2018. Prosesi adat itu akan menjadi hal yang sangat penting dalam ivent anak nagari itu.
Pasalnya Ninikmamak yang merupakan orang berpengaruh di tatanan masyarakat Minang akan menyerahkan lapangan sebagai arena berpacu kepada panitia pelaksana.
Penyerahan lapangan yang ditandai dengan penyuguhan siriah dalam carano merupakan simbol keramahan orang Minang dalam menyambut tamu undangan.
Tradisi penyerahkan lapangan oleh Ninikmamak kepada ketua pelaksana pacu kuda sudah dilakukan secara turun menurun. Hal itu menandakan bahwa orang Minang yang berbudi tinggi dan masih melestarikan nilai-nilai budaya yang berkembang dan tumbuh ditengah-tengah masyarakatnya.
Tradisi pacu kuda yang di gelar masyarakat Minangkabau sejak dulunya selalu disaksikan para bangsawan Minang mulai dari pemangku adat, tokoh masyarakat dan tokoh agama serta ribuan warga Minang yang datang dari tiga Luhak dan rantau bahkan banyak juga penonton yang berasal dari tanah Jawa.
Menurut A. Paduko Kayo salah seorang Ninikmamak mengatakan prosesi adat menjelang pelaksanaan pacu kuda harus tetap dilestarikan, pasalnya tradisi itu merupakan warisan nenek moyang Minang yang masih dipertahankan oleh warga setempat hingga kini.
“Pacu Kuda sudah turun temurun digelar di Lapangan Dang Tuanku Bukit Gombak, bahkan tempo dulu banyak warga Bukik Gombak memelihara kuda sebagai tunggangan pacuan. Selain itu, difungsikan sebagai alat transportasi untuk mengangkut hasil panen,” ujarnya.
Ketua pelaksana alek anak nagari Wirabraja pacu kuda open race dan tradisional tahun 2018 Letkol. Inf. Edi S Harahap mengatakan prosesi adat sebelum pacu kuda merupakan upaya pelestarian nilai-nilai budaya yang ada di Minangkabau.
Apalagi menurut Dandim 0307 Tanah Datar ini pacu kuda yang sudah dilakukan secara turun menurun itu merupakan alek nagari, untuk itu dalam pelaksanaanya ritual-ritual adat menjadi hal yang tidak boleh di tinggalkan.
Selama pelaksanaan pacu kuda, musik pengiring yang digunakan juga alat musik tradisional, seperti talempong, suliang dan pupuik.
Berdasarkan sejarah pacu kuda di Minangkabau merupakan permainan anak nagari yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, dan hanya ada pada tiga Luhak di Minangkabau serta tergabung wadah Ren Varenaking.
Pada tahun 1912 yang tergabung dalam Ren Varenaking ini membentuk wadah Rebond Minangkabau.
Saat ini pacu kuda sudah menjadi satu cabang olahraga dengan top organisasi Pordasi dan tahun 1966 Sumbar menjadi pemrakasa berdirinya organisasi olahraga berkuda di Indonesia. (TIA)