Prasasti Bandar Bapahat, Merupakan Saluran Air Kuno Kerajaan Pagaruyung

Prasasti Bandar Bapahat, Merupakan Saluran Air Kuno Kerajaan Pagaruyung

- in BUDAYA, Headline, OPINI
0

Oleh Destia Sastra

Berbicara mengenai museum Istana Basa Pagaruyung, tentunya belum lengkap bila tidak mengulas tentang tinggalan kebudayaan yang tersebar di seluruh daerah taklukan Kerajaan Pagaruyung.

Budaya tinggalan kerajaan Pagaruyung mulai dari awal berdirinya Kerajaan Melayu dengan raja pertama Adityawarman sampai raja terakhir Sutan Alam Bagagar Syah akan mengunjungi museum khazana Istano Basa Pagaruyung.

Tinggalan budaya baik menjadi dua yaitu benda dan non benda . Budaya yang masuk benda diantaranya situs-situs atau benda berhujud.

Sementara budaya non benda merupakan budaya yang menghasilkan produk dalam bentuk benda/non-benda karena memiliki sifat abstrak/non-materi, tidak dapat dilihat dan diraba juga hanya dirasakan oleh kehadirannya.

Dari sekian banyak warisan budaya sepanjang sejarah kerajaan Pagaruyung penulis memilih Prasasti Bandar Bapahat.

Secara administratif Prasasti Bandar Bapahat itu terletak di Suruaso Barat, Kecamatan Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar.

Topografis situs ini terletak pada lereng perbukitan yang oleh penduduk disebut dengan nama Bukit Gombak. Lereng perbukitan yang mempunyai sudut kelerengan 40º ini ketinggian +360 meter dpl

Tinggalan budaya masa akhirnya yang ditemukan di situs ini berupa saluran udara yang terlupakan sebagai irigasi yang dibangun pada masa pemerintahan Adityawarmman, dan prasasti
batu yang ditulis dalam dua bahasa.

Saluran air kuno yang dibangun pada lereng yang mengitari bukit. Airnya diambil dari Batang Selo di daerah hulu pada lokasi yang tinggi.

Pada saat ini saluran udara kuno tersebut
berukuran lebar 1-2 meter dan memiliki kedalaman sekitar 1 meter. Di bagian atas saluran kuno terdapat saluran irigasi baru yang dibangun sekitar tahun 1980-an.

Karena. irigasi baru ini, maka
saluran air yang lama di beberapa tempat tertimbun tanah hasil galian Demikian juga prasasti batu yang terdapat di sebelah kiri dan kanan saluran lama.

Prasasti Bandar Bapahat pada saat ini telah tertimbun tanah. Namun absklatnya masih disimpan di Leiden dan Jakarta.

Transkripsi prasasti pernah dilakukan oleh Nilakanta Sastri dan diterbitkan dalam TBG

Prasasti Bandar Bapahat terdiri dari dua prasasti. Prasasti I fipahatkan pada dinding kiri, terdiri dari 10 baris tulisan dalam aksara yang mirip aksara jawa dan berbahasa campuran (Melayu Kuno dan Sansekerta).

Prasasti II dipahatkan pada dinding sebelah
kanan, terdiri dari 13 baris tulisan dalam aksara Grantha dan berbahasa Tamil. Dari bagian yang dapat diperoleh informasi nama Adityawarmman dan grama rī
surawasa.

Dari sekian banyak prasasti, Prasasti Bandar Batu Berpahat memiliki keanehan karena memiliki banyak macam tulisan, antara lain tulisan dalam bahasa Sansekerta menggunakan aksara sumaera kuno yang mirip aksara Jawa kuno.

Dalam prasasti itu juga ada tulisan beraksara Granta yang biasa digunakan oleh orang Tamil di India Selatan

Krom berpendapat, bahwa diantara rakyat dalam kerajaan Adityawarman banyak pendatang yang berasal dari India Selatan, pendatang dari India ini menetap dipedalaman Sumatera yang masih masuk dalam wilayah yang ditaklukan Kerajaan Adityawarman karena tertarik oleh perdagangan lada.

Selain prasasti bandar bapahat, banyak terdapat situs-situs di Tanah Datar, sementar artefak-artefak bukti kejayaan kerayaan masih tersimpan dan terawat dl museum istano Basa Pagaruyung.

Artafak-artefak peninggalan kerajaan memang hanya tersisa sebanyak 15 psrsen yang dapat diselamatkan saat kebakaran tahun 2007, tetapi dokumen berharga semua hangus terbakar, kecuali benda pusaka milik kerajaan yang sampai saat ini disimpan oleh pewaris raja.

(**”)

Referensi

  1. krom, NJ.A. Efendi, Zaman Hindu, PT Pembangunan Jakarta, 1954.
  2. Kementerian Penerangan Provinsi, Republik Indonesia Sumatera Tengah.
  3. Bambang Budi Utoyo, Budaya India di Minangkabau

Leave a Reply