Pasbar, bakaba – Wakil Gubernur Sumatera Barat Narul Abit menikmati perjalanan Laut Sasak begitu tenang saat kapal mesin Elang Laut melintasi dengan kecepatan 6 knot (30km/perjam), rileks, perlahan tapi pasti pada Minggu siang.
Kehidupan para nelayan dengan memahami mesin kapal dan melakukan pengelolaan yang baik dalam penangkapan ikan akan membantu ekonomi mereka. Penataan menjaring, memancing dan melukah yang baik telah mengantarkan keluarga Zufial panggilan “Iyal” pemilik Kapal Mesin (KM) Elang Laut dan sejahtera.
Hal ini disampaikan Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit disela-sela kegiatan memantau potensi laut Sasak Pasaman Barat, Minggu (6/1/2019).
Wagub Nasrul Abit lebih jauh menyampaikan, kehidupan nelayan bahagian dari berbagai profesi kehidupan yang ada di Sumatera Barat.
Kegiatan masyarakat menangkap ikan dilaut juga mesti dilakukan dengan mengedepankan kelestarian lingkungan merupakan upaya dalam menumbuhkan kembangkan ketersediaan ikan dilaut dimana masyarakat itu mencari nafkahnya.
Oleh karena penangkapan ikan dengan mengabaikan prinsip-prinsip kelestarian pada dasarnya akan merugikan masyarakat nelayan itu sendiri. Pemakai bom dan alat racun lainnya serta jaring yang rapat sekali semua itu merupakan tindak yang tidak baik dan merusak kelestarian lingkungan. Ingatlah potensi laut ini juga memiliki anak cucu kita, dimasa mendatang, ungkap Nasrul Abit.
Wagub Sumbar juga menyampaikan, pemanfaatan potensi laut Sasak yang dikelola cara baik telah mampu mensejahterakan kehidupan masyarakat nelayan Pasaman Barat.
Tinggal bagaimana kita, pemerintah dan aparat lain memberikan pengawasan dan pelindungmu terhadap potensi laut Sasak dapat berkembang dengan baik jauh dari hal-hal yang merusak lingkungan laut dan biota laut, harapnya.
Jimbo salah seorang masyarakat yang hobby memancing dalam kesempatan itu menceritaka, saat ini untuk kebutuhan kapal mesin Elang Laut yang telah berusia lebih dari 20 tahunan.
Dahulunya pada tahun 1996 kapal ini dibeli dan dipelajari oleh pemiliknya. Kapal ini juga telah terjadi timbal sulam perbaikan. Untung pemilik kapal ini tahu mesin dan pandai dalam membuat kapal, sehingga kondisi kapal ini tetap baik dan selalu eksis dengan 3 kali seminggu melaut. Dengan waktu kegiatan dua hari semalam.
Adapun kebutuhan operasional kapal mesin Elang Laut adalah BBM dan persiapan kebutuhan makanan minum selama dua hari, perkiraan kasar hanya Rp500 ribu (400 liter solar dan beras bumbu makanan), ujarnya
Jimba juga menyampaikan, KM Elang Laut telah memberi banyak hasil produksi ikan selama ini. Walau jumlah setiap hari tidak selalu sama akan tetapi hasil ini telah mempu membuat tiga rumah bagus, anak kemenakan yang kuliah.
Karena dengan biaya operasional hanya Rp500 ribu, sementara hasil yang didapat antara Rp1,5 – Rp5 juta sekali turun, ujarnya bangga. (RONI)