Oleh: Alharnisyefrita Wirahadinofa, S.Sos.I, MH
UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
Dalam perjalanan sejarah Islam, terdapat peristiwa penting yang dikenal dengan nama Istiwa A’zam atau Rasydul Kiblat. Peristiwa ini menjadi tonggak sejarah yang menginspirasi umat Islam untuk selalu taat dan tunduk pada syariat yang diturunkan Allah SWT.
Momentum bersejarah ini akan kembali dirayakan pada 27 Mei 2024 mendatang sebagai hari Rasydul Kiblat yang dicanangkan Kementerian Agama Republik Indonesia sebagai Hari Sejuta Kiblat.
Istiwa A’zam atau dikenal juga dengan sebutan Rasydul Kiblat adalah peristiwa bersejarah dalam Islam yang terjadi pada tahun ke-2 Hijriah atau tepatnya pada bulan Syawal di Madinah. Peristiwa ini merujuk pada perintah Allah SWT kepada Rasulullah SAW untuk merubah arah kiblat dalam melaksanakan shalat dari Baitul Maqdis di Palestina menuju Masjidil Haram di Makkah.
Sebelum periswa Istiwa A’zam, kaum Muslim menghadap ke Baitul Maqdis saat melaksanakan shalat, mengikuti tradisi para nabi terdahulu.
Namun, setelah turunnya perintah Allah dalam ayat yang terdapat dalam QS. Al Baqarah: 2/144, “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.
Palingkan mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkan mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidl Haram itu adalah benar dari Allah dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan”, Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat untuk mengubah arah kiblat mereka menghadap Masjidil Haram di Makkah. Tanpa keraguan sedikitpun, para sahabat dengan penuh kepatuhan dan ketundukan mengikuti perintah Allah dan dan Rasul-Nya.
Peristiwa ini menunjukkan kedalaman iman dan ketaatan para sahabat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka rela meninggalkan tradisi lama dan mengikuti perintah baru dari Allah dengan sepenuh hati dengan segera merubah arah kiblat mereka sesuai perintah Allah dan Rasul-Nya. Kepatuhan mereka tanpa menunjukkan keraguan sedikitpun menjadi teladan bagi umat Islam di sepanjang zaman, bahwa ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya harus menjadi prioritas utama dalam kehidupan seorang Muslim.
Peringatan Hari Rasydul Kiblat pada 27 Mei mendatang dan Hari Sejuta Kiblat yang dicanangkan Kementerian Agama merupakan momentum berharga bagi umat Islam untuk mengingat kembali peristiwa bersejarah tersebut. Pada hari ini, diharapkan umat Islam di seluruh penjuru dapat bersama-sama melaksanakan ibadah shalat menghadap kiblat dengan khusyuk dan penuh keikhlasan, sebagai bentuk ketaatan dan ketundukan kepada perintah Allah SWT.
Istiwa A’zam juga mengajarkan kepada kita tentang pentingnya ketundukan kepada syariat Islam. Syariat Islam atau hukum Islam adalah pedoman hidup yang diturunkan Allah melalui Rasulullah SAW yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Syariat Islam bersumber dari Al Quran dan Sunnah serta hasil ijtihad para ulama dalam memahami dan mengaplikasikan hukum-hukum Islam.
Dengan tunduk dan patuh pada syariat Islam, kita akan mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Syariat Islam mengatur segala aspek kehidupan, mulai dari ibadah, muamalah (hubungan sosial dan ekonomi), munakahat (pernikahan), hingga hukum pidana dan perdata.
Dengan mengikuti syariat Islam secara utuh, kehidupan manusia akan menjadi lebih teratur, damai dan bermartabat.
Peristiwa ini mengingatkan kita bahwa sebagai umat Islam, kita harus senantiasa siap untuk berubah dan menyesuaikan diri dengan perintah Allah dan Rasul-Nya. Kita harus meninggalkan tradisi atau kebiasaan lama yang bertentangan dengan syariat dan menggantinya dengan apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam Al Quran dan Sunnah. Melalui peringatan Rasydul Kiblat dan Hari Sejuta Kiblat, Kementerian Agama mengajak seluruh umat Islam untuk menghidupkan kembali nilai-nilai ketaatan dan ketundukan terhadap syariat Islam. Momentum ini diharapkan dapat memperkuat keimanan dan menginspirasi umat Islam untuk senantiasa menjadikan syariat Islam sebagai pedoman hidup dalam segala aspek kehidupan, baik ibadah, muamalah, maupun aspek-aspek lainnya.
Dengan menerapkan syariat Islam secara konsisten, kita akan menjadi umat yang mulia dan mendapatkan ridha Allah SWT. Syariat Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia, lingkungan, dan alam semesta. Oleh karena itu, ketaatan dan ketundukan pada syariat Islam merupakan jalan menuju keberkahan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Selamat memperingati Hari Sejuta Kiblat pada 27 Mei mendatang. (Syefrie)