Perencanaan Pembangunan 2019 Tuntaskan Pasaman Barat Dan Solok Selatan Keluar Dari Daerah Tertinggal

Perencanaan Pembangunan 2019 Tuntaskan Pasaman Barat Dan Solok Selatan Keluar Dari Daerah Tertinggal

- in Headline, News, Pasaman
0
Pasaman Barat, bakaba – Pasaman Barat dan Solok Selatan segera keluar dari kategori daerah tertinggal, hal itu mencermati perkembangan pembangunan di daerah tersebut. Sementara Kabupaten Kepulauan Mentawai masih dalam proses tahapan menyiapkan infrastruktur dari 4 pulau besar yang ada.
Hal ini diungkap Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit dalam rapat minum pagi di Rumah Dinas Bupati Pasaman Barat, Kamis (7/3/2019).
Hadir dalam kesempatan itu, Staf Ahli Kementerian ESDM, Direktur Perendes Kementerian PDT, Bupati Pasbar Syahiran, pimpinan perusahaan PT. Kendai Argo Atsiri, PT. Darussalam Agritama Indonesia, PT. Komoditi Nasional Indonesia , Bappeda Sumbar, OPD tekait dilingkungan Pemkab Pasbar.
Lebih lanjut Wagub menyampaikan harapan agar tahapan perencanaan pembangunan dapat dituntas pada tahun 2019 ini, saat ini Pasbar dan Solsel memasuki tahapan pengembangan ekonomi berbasis potensi produk lokal.
Jika dapat didorong produktifitasnya, kualitas,  pemasaran dan pengembangan yang lebih baik maka pertumbuhan ekonomi masyarakat tentu akan lebih baik dan mapan.
Dan tentu sebagai daerah yang baru lepas dari kategori tertinggal, perkembangan perekonomian masyarakat menjadi daya tahan daerah menjadi untuk berkembang lebih maju dan modern, ujar Nasrul Abit.
Nasrul Abit juga menyampaikan adanya program dari Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) yang hari juga membawa mitra perusahaan terhadap potensi yang ada di Pasaman Barat, Alpukat,  Pisang, Serai Wangi, Nilam seharusnya dapat memberikan kesejahteraan masyarakat.
Begitu juga dengan Solok Selatan dan Mentawai mesti juga memiliki perencanaan yang matang dalam tahap proses pengembangan ekonomi masyarakat berdasarkan komoditi unggulan. Saat ini di Mentawai ada tiga komoditi unggulan, keladi, pisang dan sagu. Mana yang mesti bantu dalam mengembangkan untuk bisa diproduksi lebih baik dan mendatangkan kesejahteraan masyarakat Mentawai.
Direktur Perencanaan dan Indentifikais Daerah Tertinggal Kementerian PDT, Rafdinal, S.Sos, MT. juga menyampaikan,  datang bukan membawa terori akan tetapi praktek berdiskusi duduk bersama masyarakat dan pelaku usaha, mencoba memotong jaringan yang menghambat dan menyusahkan masyarakat.
Seperti kita tahu Alpukat yang dipetani harga hanya Rp2000 perkilo,  sementara di Jakarta menjadi Rp50.000  perkilo tentu sesuatu yang tidak adil, maka kita berusaha naikan pendapat petani menjadi Rp3 ribu perkilo agar menambah, akan tetapi setelah dilakukan praktek dan diskusi duduk bersama kita bisa menaikan harga Alpukat ditingkat petani menjadi Rp13,500 perkilo.
Rafdinal juga menambahkan,  semangat kerja Wagub Nasrul Abit dan Bupati Pasbar memberi kami spirit baru untuk bisa bekerja lebih baik lagi. Jarang-jarang Kepala daerah yang serius menongkrongi usaha masyarakat daerah tertinggal untuk mampu bangkit bersaing bagi daerah maju lainnya.
Kolaborasi semangat memajukan daerah tertinggal sangat dibutuhkan dalam membangun merobah meinset,  prilaku dengan cara-cara yang baru untuk sesuatu hasil yang lebih baik dalam kualitas produksi dan maju bersaing dengan produksi daerah lainnya.
Khas potensi unggulan daerah akan memudahkan masyarakat yang ada didaerah tersebut berlomba berkreatifitas meningkatkan produk pada barang yang sama,  jumlah yang banyak terjamin kualitas sehingga bernilai ekspor menjadi kebanggaan daerah dalam mensejahterakan masyarakatnya. (TIA)

Leave a Reply