Tanah Datar, bakaba.net – Bunga Rampai film dari rumah Produksi/komunitas Payakumbuh Youth Artee Committe (PYAC) berhasil meraih juara pertama atau Adityawarman Maheff Award Malayapura Heritage Film Festival (MAHEFF) 2025.
Pemenang MAHEFF 2025 diumumkan di Lapangan Cindua Mato Batu Sangkar, Sabtu (26/07) Malam.
Film Bunga Rampai yang di produseri oleh Mazalia Salsabila serta Sutradara dan penulis naskah Eko Doni Putra menceritakan tentang seorang perempuan yang kehilangan segalanya, namun tidak kehilangan jati diri. Film ini menggambarkan keikhlasan bukan bearti lupa tetapi kemampuan untuk tetap mencintai tanpa dendam. Dibalik ratapan ibu tak hanya ada air mata ada keberanian untuk berdamai dengan sejarah
Lokasi shooting film ini di Kota Payakumbuh salah satunya di Jembatan Rapatan Ibu.
Film Eulis Pulang dari rumah Produksi/komunitas Tanjung Production berhasil meraih predikat Akarendrawarman MAHEFF Award. Produser filem ini Andre Luthfi Saputra, Sutradara Jhoni Ambarita dan penulis naskah Nurul Amanda.
Film yang mengambil lokasi shooting di Kota Bukittinggi ini merupakan film naratif kontemplatif yang menyusuri jejak identitas dan luka warisan dalam tubuh perempuan muda yang bernama Eulis. Eulis kecil bukan dibesarkan dengan adat dan budayanya tetapi justru budaya Sunda. Setelah ia dewasa, Eulis mengetahui dirinya keturunan Minangkabau dari suku Tanjung salah satu suku terbesar di Minangkabau.
Film ini menceritakan tentang budaya matrilineal, atau kekerabatan yang menarik garis keturunan dari pihak ibu saja. Anak kemudian akan terhubung dengan sang ibu termasuk terhubung dengan kerabat ibu, berdasarkan kepada garis keturunan perempuan secara unilateral.
Konsekuensi sistem kekerabatan ini adalah menarik keturunan dari garis ibu yang dipandang sangat penting. Dalam urusan warisan orang-orang dari garis keturunan ibulah yang akan mendapatkan porsi lebih banyak dibanding dari garis bapak.
Sementara film Nan Tajalajah dari rumah Produksi/komunitas Freak Visual meraih predikat Tribhuwanaraja MAHEFF Award. Produser film ini Puspita Sari, sutradara dan penulis naskah Putra Wahyu Yulianto.
Film Nan Tajalajah ini memperkenalkan tentang beberapa cagar budaya yang ada di Tanah Datar. Kunjungan ke cagar budaya ini diakhiri dengan mengunjungi Bukit Marapalam tempat tercetusnya Adaik basandi syara, syara basandi kitabullah atau yang lebih dikenal dengan ABS SBK yang menetapkan adat harus berlandaskan syariat dan syariat bersumber dari Al Quran.
Malayapura Heritage Film Festival (MAHEFF) 2025 resmi diluncurkan pada Minggu (26/04/2025) di Warunk Naras 4, Alai Parak Kopi, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang.
Kegiatan MAHEFF tahun 2025 merupakan sebuah festival menyampaikan berita melalui film yang memiliki nilai cagar budaya di dalamnya.
Ketua MAHEFF 2025 mengatakan Dafriansysh Malayapura Heritage Film Festival (MAHEFF) 2025 merupakan sebuah bentuk perayaan keberagaman kekayaan Cagar Budaya (CB)/Objek yang Diduga Cagar Budaya (ODCB) yang berada di Sumatera Barat dengan membingkainya dalam layar sinema. Helat ini mengundang seluruh khalayak peminat, penggiat, penikmat film untuk lebih dekat dan mengenal warisan budaya benda yang dimiliki Sumatera Barat.
Mengangkat tema “Jinapada” yang berasal dari Bahasa Sanskerta: “Jina” diartikan sebagai kemenangan dan “Pada” bermakna jejak. Sarat dengan esensi tersebut, MAHEFF 2025 mencoba bersama melangkah untuk semangat mengusung karya (menciptakan jejak) dan mengantarkannya kepada khalayak menuju kebermanfaatan yang lebih luas dan pemaknaan yang lebih mendalam (kemenangan hakiki).
Festival telah berlangsung dari 14 Juni hingga 26 Juli 2025, berpusat di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Akan hadir beragam panggung aksi dan juga ruang apresiasi.
MAHEFF 2025 terselenggara berkat dukungan penuh oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia bersama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) melalui Pemanfaatan Hasil Kelola Dana Abadi Kebudayaan.
MAHEFF 2025 diselenggarakan oleh Malayapura Films berkolaborasi dengan Perhimpunan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Komda Sumatera Bagian Tengah dan Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah III Provinsi Sumatera Barat. (***)