Batusangkar, Bakaba–Akses permodalan merupakan salah satu kendala dalam mengembangkan ekonomi kreatif di Indonesia. Persoalan pembiayaan masih menjadi kendala lantaran mayoritas subsektor industri kreatif bersifat intangible atau tak terlihat.
Menurut Deputi II Bidang Akses Permodalan Bekraf Fadjar Hutomo, tiga subsector seperti fesyen, kuliner, dan kriya berbentuk fisik. Namun, 13 subsektor yang lain berbasis ide sehingga sulit bagi perbankan atau lembaga keuangan menentukan nilai dan menghitung jaminannya.
Katakanlah, subsektor aplikasi dan game. Perbankan masih kesulitan menghitung proyeksi dan tingkat kemampuan pengembalian pinjaman si penerima kredit.
“Kami menyadari, industri ekonomi kreatif bersifat intangible sehingga pelaku ekonomi kreatif perlu mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang perbankan nasional sebagai sumber permodalan. Sehingga, pelaku ekonomi kreatif perlu diberi wawasan dan pemahaman yang cukup mengenai skema bisnis yang dibiayai perbankan,” ungkap Fadjar.
Hal tersebut dikatakan Deputi II Bidang Akses Permodalan Bekraf Fadjar Hutomo dalam membuka secara resmi “Sharia Banking for Creative Business Matching” di Gazebo Indo Jalito Tanah Datar, Batusangkar, Sumatera Barat Selasa (4/4). Bekraf mempertemukan 250 pelaku ekonomi kreatif dan 13 perbankan syariah Selasa 4/4.
“Bekraf memberikan akses kepada pelaku ekonomi kreatif pada sumber permodalan dari perbankan syariah dalam rangka mengembangkan usaha. Perbankan syariah memberikan pemahaman terkait model pembiayaan untuk pelaku ekonomi kreatif. Sehingga, pelaku ekonomi kreatif bisa mengakses permodalan perbankan syariah,” ucap Deputi Akses Permodalan Bekraf fadjar Hutomo.
Bekraf menyiapkan booth untuk 13 perbankan syariah yang hadir pada acara ini, yaitu BRI Syariah, BNI Syariah, Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, Bank Nagari Syariah, BPD Sumatera Barat UUS, Bank CIMB Niaga Syariah, bank Danamon UUS, Bank Bukopin Syariah, Bank BPRS Angkek Candung, BPRS Al Makmur, BPRS Haji Miskin, dan PT. BPRS Gajahtongga Kotopiliang.
Bagi 250 pelaku ekonomi kreatif bisa dengan leluasa menanyakan model pembiayaan perbankan syariah dan dapat mengajukan proposal pembiayaan perbankan syariah untuk mengembangkan usahanya.
250 pelaku ekonomi kreatif yang hadir telah memenuhi persyaratan, yaitu usaha kreatifnya termasuk dalam subsektor ekonomi kreatif yang menjadi tanggungjawab Bekraf, memiliki brand atau merek, pemilik usaha kreatif bukan pedagang dan telah melaksanakan usaha kurang lebih satu tahun. Pelaku ekonomi kreatif yang hadir, sudah membawa proposal pembiayaan perbankan syariah yang sesuai dengan kebutuhan mereka untuk diajukan ke perbankan syariah.
Badan ekonomi kreatif akan fokus pada ekonomi kreatifyang memberikan kontribusinya cukup tinggi terhadap PDB. Industri kreatif yang memberikan kontribusi cukup tinggi tersebut diantaranya fashion, kerajinan tangan dan kuliner.
Bupati Tanah Datar Irdinansyah Tarmizi menyambut baik kegiatan ini, karna sangat mendukung program pemerintah daerah di sektor ekonomi dan sejalan dengan mewujudkan kabupaten madani. “Kegiatan ini sangat membantu peningkatan perekonomian masyarakat kecil dengan memberikan modal kepada industri rumahan. Karna selama ini para pengusaha itu terkendala dengan modal,” jelasnya.
Ketua Pelaksana Restog K Kusuma mengatakan tujuan talkshow digelar agar pelaku ekonomi kreatif faham dengan produk dan pembiayaan perbankan syariah.
“Pelaku ekonomi kreatif berkesempatan mengetahui dan memahami prinsip pembiayaan syariah dan persyaratan yang perlu dipenuhi dalam mengajukan kredit bank syariah. Business matching dilaksanakan di booth perbankan syariah yang disediakan Bekraf.
Pelaku ekonomi kreatif bisa mengajukan proposal untuk mengembangkan usaha mereka melalui pembiayaan dari perbankan syariah yang sesuai kebutuhan mereka,” ungkapnya. (TIA/WD)