BATUSANGKAR, bakaba.net – Gerakan subuh berjema’ah dan maqrib mengaji belum berdampak signifikan terhadap penurunan permasalahan sosial di Tanah Datar.
Salah satu permasalahan sosial yang menonjol di Luhak Nan Tuo maraknya penyalahgunan Narkoba jenis sabu di wilayah hukum Polres Tanah Datar.
“Barangkali pengajian-pengajian itu lebih banyak serimonial-serimonial dari subtansinya,” kata Basrizal Datuak Penghulu Basa Kamis (13/03) menjawab bakaba.net.
Basrizal menyebutkan kuantitas pengajian meningkat, tertapi kualitas penyerapan pengetahuan keagamaan belum belum terlihat.
Setiap tahun mengelar kegiatan besar-besaran Wakaf 1000 Hafidz bahkan sudah memasuki jilid 4 awal Oktober tahun lalu, tetapi itu juga hanya kegiatan serimonial tanpa makna.
Beragama butuh kesadaran, bukan mobilisasi apalagi paksaan.
“Al Qur’an bukan dihafal tapi diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,” kata Tokoh Masyarakat yang masuk tim perumus revisi Perda Nagari.
Memang pembangunan fisik (infrastruktur) harus diimbangi dengan pembangunan mental spiritual khususnya keagamaan. Tetapi fakta yang terjadi saat ini banyak warga Tanah Datar yang terjerat kasus penyalagunaan Narkotika jenis sabu
Untuk itu sebut Basrizal metologi program tersebut harus dievaluasi, pasalnya tidak efektif, kalau liner pasti berdampak khususnya penurunan angka penyalahgunaan Narkoba.
Program yang didanai dari APBD yang notabene uang rakyat harus berdampak lansung terhadap rakyat.
Sebelumnya Pemkab Tanah Datar melakukan program subuh berjema’ah dan Maqrib mengaji agar anak-anak dan remaja tidak menghabiskan waktu didepan televisi atau bermain gadet. (TIA)