Jakarta, bakaba — Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada Januari-November 2018 secara kumulatif mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Tercatat 14,39 juta kunjungan atau naik 11,63 % dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisman pada periode yang sama tahun 2017 sebanyak 12,89 juta kunjungan.
Dari jumlah kunjungan tersebut, wisman dari kawasan ASEAN memberikan kontribusi sebesar 4,861 juta dengan pertumbuhan terbesar mencapai 21,02%.
Sementara itu, kunjungan wisman pada November 2018 sebanyak 1,15 juta kunjungan atau naik 8,16% dibanding jumlah kunjungan pada November 2017 sebanyak 1,06 juta kunjungan.
Wisatawan yang meniminasi kunjungan wisata November 2018 yaitu wisman dari Malaysia sebanyak 186.422 atau tumbuh 16,23%, sedangkan wisman dari Tiongkok sebanyak 124.616 atau tumbuh 10,85%. Pada bulan sebelumnya wisman Tiongkok yang berkunjung ke Indonesia menempati urutan teratas mengalahkan Malaysia maupun Singapura.
Berdasarkan data kunjungan wisman yang dirilis BPS, Rabu (02/01/2019) menyebutkan kunjungan wisman ke Indonesia pada November didominasi lima negara sebagai top-5 yaitu Malaysia sebanyak 186 422 atau tumbuh 16,23%, Singapura 153. 988 wisman dengan pertumbuhan 13,41%, Timor Leste 142.050 wisman tumbuh 12,37%, Tiongkok 124.616 tumbuh 10,85%, dan Australia 97.776 tumbuh 8,51%.
Sementara kunjungan wisman menurut kawasan dari ASEAN sebanyak 4,861 juta atau tumbuh 21,02%, Asia selain ASEAN 5,376 juta tumbuh 12,16%, Eropa 1,867 juta tumbuh 1,13%, Amerika 517.800 tumbuh 4,11%, Oceania 1,445 juta tumbuh 3,84%. Sementara Timur Tengah sebanyak 246.600 turun sebesar 7,87%, dan Afrika 77.200 wisman dengan penurunan 2,71%.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya dalam jumpa pers akhir tahun mengatakan, Kemenpar akan melakukan strategi super extra ordinary sebagai jurus pamungkas dalam upaya mencapai target 20 juta wisman pada 2019. Jurus pamungkas tersebut mencakup tiga program yaitu Border Tourism, Tourism Hub, dan Low Cost Terminal. “Border tourism harus kita seriusi di tahun depan karena merupakan cara efektif untuk mendatangkan wisman dari negara-negara tetangga,” kata Menpar Arief Yahya.
Pertama, karena wisman dari negara tetangga memiliki kedekatan (proximity) secara geografis sehingga wisman lebih mudah, cepat, dan murah menjangkau destinasi Indonesia. Kedua, mereka juga memiliki kedekatan kultural/emosional dengan Indonesia sehingga lebih mudah didatangkan. Ketiga, potensi pasar Border Tourism ini masih sangat besar baik dari Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, PNG, maupun Timor Leste.
Menpar Arief Yahya menjelaskan, untuk program tourism hub sebagai strategi ‘menjaring di kolam tetangga yang sudah banyak ikannya’. Maksudnya, wisman yang sudah berada di hub regional seperti Singapura dan Kuala Lumpur ditarik untuk melanjutkan berlibur ke Indonesia.
“Salah satu persoalan pelik pariwisata kita adalah minimnya direct flight dari originasi. Direct flight kita misalnya dari originasi China mencapai 50%, artinya 50% sisanya masih transit dari Singapura, Kuala Lumpur, atau Hong Kong. Sementara negara tetangga seperti Thailand atau Malaysia direct flight-nya sudah mencapai 80%. Mendatangkan direct flight dari originasi bukanlah hal gampang. Saya minta direct flight dari India ke Bali tiga tahun nggak dikasih. Akan jauh lebih mudah jika kita “menjaring” di hub-hub regional yang sudah banyak wisatawannya,” kata Menpar Arief Yahya.
Menpar Arief Yahya mengestimasikan jumlah orang asing yang masuk via Bandara Changi Singapura (selain orang Indonesia) selama 12 bulan terakhir hampir mencapai 12 juta pax (rinciannya: 32% dari ASEAN minus Indonesia; 22% dari China-Hong Kong; 17% dari Asia-Pasifik; 14% dari Asia Tengah, MEA, Afrika; dan sisanya dari Eropa dan Australia). Sementara wisman ke Indonesia yang transit di bandara Changi Singapura jumlahnya tidak sampai 700 ribu. Artinya peluang untuk menggaet wisman yang jumlahnya sekitar 11 juta lebih itu masih terbuka luas.
Sementara itu dalam program low cost terminal akan dikembangkan Terminal 1 Bandara Soekarno Hatta menjadi full LCCT penerbangan domestik dan Terminal 2 full LCCT untuk penerbangan domestik dan internasional. Bandara Banyuwangi juga akan dikembangkan menjadi LCCT setelah melalui berbagai proses pembenahan.
“LCC adalah senjata ampuh untuk mendorong pertumbuhan jumlah wisman, dimana maskapai berbiaya rendah ini menyumbang kontribusi peningkatan kunjungan wisman sebanyak 20%. LCT merupakan salah satu penentu utama keberhasilan target kunjungan 20 juta wisman pada tahun 2019,” kata Menpar Arief Yahya. (TIA)