Ia melihat perempuan Minang dihadapkan pada tekanan untuk mempertahankan identitas budaya mereka di tengah arus globalisasi dan digitalisasi.
“Representasi budaya Minangkabau di media digital sering kali disederhanakan dan dikomersialkan, sehingga nilai-nilai filosofis yang mendalam bisa terkikis,” ujarnya.
Affridawati menilai perempuan Minang memiliki peran penting dalam pembangunan sumber daya manusia yang kuat di era digital.
“Mereka dapat memanfaatkan teknologi untuk melestarikan dan menyebarkan informasi tentang budaya Minangkabau, serta menjadi pemimpin kritis dan bijaksana dalam mengelola dampak negatif teknologi,” ujarnya.
Ia dengan gamblang menyebut kesetaraan gender di era digital menjadi isu penting bagi perempuan Minang.