“Tau Jalan Nan Ampek” Masuk Pelajaran di Sekolah

“Tau Jalan Nan Ampek” Masuk Pelajaran di Sekolah

- in Headline, OPINI
0

Oleh : Alfian Jamrah 

Karakter atau budi pekerti merupakan inti dari pendidikan. Pendidikan harus mampu menumbuhkan karakter dalam diri peserta didik. Kecerdasan memang diperlukan, tetapi karakter lebih diperlukan. (Bapak Pendidikan Indonesia : Ki Hajar Dewantara)

       Selama ini kita telah mengenal “Tau Jalan Nan Ampek” sebagai bentuk teguran orang tua kepada anak-anaknya apabila berbuat kesalahan, yaitu sebuah teguran tentang empat macam nilai tata tertib, tutur kata dan sopan santun. Ini adalah salah satu bentuk nilai yang diajarkan kepada anak-anak sebagai pedoman dalam berinteraksi dengan orang yang lebih tua, orang sesama besar, orang yang lebih kecil usianya, dengan tokoh-tokoh yang dihormati dan dengan masyarakat pada umumnya.  Tetapi akhir-akhir ini nilai tersebut mulai ditinggalkan dan kurang diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, padahal kearifan lokal tersebut dipandang dapat membentuk karakter generasi muda. Kemudian nilai yang bersifat universal ini dijadikan sebagai sebuah penelitian dan mengangkatkannya ke pendidikan formal dengan mengintegrasikan ke dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Fungsi pendidikan sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah membentuk watak dan peradaban yang bertujuan membentuk manusia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia di samping membentuk kecerdasan, ketrampilan dan keahlian. Namun dalam aplikasinya aspek afektif untuk membentuk peserta didik yang bermartabat, beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia belum terlaksana sebagaimana mestinya.  Pendidikan lebih dominan untuk membentuk peserta didik yang berilmu, cakap, kreatif, terampil, mandiri dan berprestasi atau pembentukan aspek kognitif dan aspek psikomotor.  Hal ini terlihat belum terlaksana pendidikan karakter secara khusus atau yang diintegrasikan ke dalam mata pelajaran, padahal ketiga unsur tersebut sangat diperlukan dan saling mendukung satu sama lainnya.

Karakter adalah sebagai kumpulan sifat baik yang menjadi perilaku sehari-hari, sebagai perwujudan kesadaran menjalankan peran, fungsi dan tugasnya dalam mengemban amanah dan tanggung jawab.   Salah satu sumber pendidikan karakter adalah nilai-nilai budaya kearifan lokal sebagai warisan leluhur bangsa.  Nilai-nilai yang bersifat universal pada dasarnya berasal dari budaya kearifan lokal masyarakat dan budaya daerah adalah puncak-puncak dari budaya Nasional.   Banyak kearifan lokal berupa budaya daerah  yang telah dijadikan sebagai media pembentukan karakter dan terbukti telah dapat menumbuhkan semangat dan motivasi masyarakatnya.

Minangkabau khususnya dan Provinsi Sumatera Barat pada umumnya selama ini dikenal memiliki nilai-nilai yang dapat membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Nilai-nilai tersebut sudah diajarkan sejak masa kanak-kanak hingga usia remaja dan bahkan sampai dewasa secara terus menerus berkesinambungan.  Seperti adanya “baraja malu sambia duduak” , yaitu duduk belajar di surau tentang agama (mengaji, shalat, azan, ceramah), bela diri pencak silat dan filosofi Minangkabau berupa pepatah petitih, mamang, bidal, pidato adat yang membangun akal dan fikiran.  Pembelajaran nilai-nilai ini telah dapat membentuk kepribadian anak Minangkabau sehingga berhasil dalam kehidupannya.  Banyak tokoh yang kita kenal berasal dari Minangkabau, seperti Mohammad Hatta, Mohammad Yamin, Haji Agus Salim, Sutan Syahrir, Tan Malaka, HAMKA, Mohammad Natsir dan ratusan orang lainnya hingga zaman kemerdekaan.

Salah satu diantara banyak nilai tersebut adalah  “Tau Jalan Nan Ampek” yang berisikan banyak ajaran nilai yang dapat membentuk karakter generasi muda.  Nilai ini perlu diteliti untuk  diangkatkan ke pendidikan formal dan diajarkan di sekolah, tepatnya di SMA, SMK dan MAN. Pendidikan karakter selain diberikan dalam bentuk muatan lokal, juga dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran. Salah satu mata pelajaran yang berkaitan dengan pembentukan karakter yang perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari, adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) Pendidikan Kewarganegaraan dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.  Membentuk warga negara berkarakter inilah yang menjadi landasan dalam mengintegrasikan pendidikan karakter pada pembelajaran PKn.

Dalam penyusunan pembelajaran ini telah dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : pertama Analyze (analisis) dengan kegiatan menganalisis kebutuhan (needs assessment), analisis masalah pembelajaran karakter dan Analisis of goals and objectives (analisis tujuan dan sasaran).  Hasilnya berdasarkan sebaran distribusi diketahui bahwa frekuensi kebutuhan tersebut sebagian besar termasuk kategori dibutuhkan dan cukup dibutuhkan.   Langkah kedua yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Design (desain), yaitu kegiatan membuat prototype produk berupa Buku Model, Buku Guru dan Buku Siswa dengan target sasaran adalah siswa pada SMTA di Kota Batusangkar. Komponen produk terdiri dari sintaks, prinsip reaksi, sistem sosial, dampak instruksional, dampak pengiring dan sistem pendukung.

Selanjutnya pada langkah ketiga Development (pengembangan) dilakukan dengan evaluasi formatif, yaitu berupa expert validity, revisi prototype dan melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) yang dihadiri ahli dan praktisi dari berbagai unsur, yaitu Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum, guru PKn, guru Agama Islam, guru Sosiologi, guru Bahasa Indonesia, pengawas sekolah, pengawas mata pelajaran PKn dan pengawas pendidikan agama. Dari lembaga masyarakat dihadiri oleh LKAAM, MUI, bundo kanduang, Dewan Pendidikan, wartawan dan PGRI.  Sedangkan tim pakar sebanyak lima orang yang terdiri atas ahli metodologi, ahli pendidikan Kewarganegaraan, ahli Pendidikan Sosiologi dan ahli Pendidikan Agama.

Pada tahap pengembangan para pakar menyatakan bahwa Buku Model, Buku Guru dan Buku Siswa pembelajaran Tau Jalan Nan Ampek” ini dinyatakan valid terhadap konten, kegrafikaan dan bahasa.  Semua validator sepakat menyatakan bahwa ketiga buku ini layak untuk digunakan dengan terlebih dulu melakukan revisi kecil. Selanjutnya langkah keempat Implementation (implementasi) dilakukan kegiatan ujicoba terbatas pada salah satu kelas di SMA 3 Batusangkar untuk mengetahui apakah model sudah sesuai dengan tujuan yang diharapkan sebelum masuk ke uji yang diperluas. Berdasarkan hasil uji coba didapat hasil bahwa model pembelajaran karakter  Tau Jalan Nan Ampek” dapat dilaksanakan dengan kategori baik.

Pada langkah evaluation (evaluasi) dilakukan pula kegiatan uji praktikalitas dan uji efektifitas melalui uji eksperimen pada kelas yang diberi perlakuan khusus (kelas eksperimen) dengan kelas yang tidak diberi perlakuan (kelas kontrol). Penelitian ini dilakukan pada tiga Sekolah Menengah Tingkat Atas di kota Batusangkar Kabupaten Tanah Datar, yaitu SMA 3 Batusangkar, MAN 2 Batusangkar dan SMK 1 Batusangkar.

Sebelumnya telah ada penelitian lain  dan penelitian ini adalah pengembangan dari model yang sudah ada sebelumnya, seperti penelitian Darul Ilmi (2015), Erianjoni (2015), Delfi Aliza (2017), dan Demina (2018).  Sebagai contoh penelitian Erianjoni yang berjudul  “Integrasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Minangkabau ke dalam Materi Ajar Sosiologi dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik”. Penelitian tersebut mengintegrasikan konsep sosiologi dengan nilai-nilai budaya Minangkabau sehingga melahirkan materi ajar Sosiologi berrnuatan lokal, seperti yang tercermin dalam peribahasa, puisi tradisional (pantun), pepatah dan lain sebagainya. Namun belum terdapat format penilaian afektif atau evaluasi moral untuk memudahkan guru dalam penilaian afektif perubahan karakter peserta didik. Maka penelitian ini sebagai yang melengkapinya.

Pendidikan karakter dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran pada setiap mata pelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai yang perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari, dalam hal ini ke dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).  Dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) Pendidikan Kewarganegaraan dijelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Menciptakan peserta didik yang berkarakter ini yang menjadi landasan peneliti dalam mengintegrasikan pendidikan karakter pada pembelajaran PKn.

Pengintegrasian dilakukan melalui langkah-langkah sintaks yang terdiri dari Langkah Pendahuluan, Langkah Inti (konstruktivisme, inquiry dan refleksi) dan Langkah Penutup dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran “Tau Jalan Nan Ampek” sudah dimulai dari Langkah Inti yang terdiri atas tahap konstruktivisme yang disebut dengan “pikia palito hati”, yaitu tindakan berfikir sebelum bersikap dan berdiskusi.  Dipermantap pada tahap inquiry yang disebut dengan “pikia siasek”, yaitu bersiasat atau berargumentasi dalam berdiskusi. Kemudian diperdalam pada tahap refleksi yang disebut dengan “bakaco bacamin diri” , yaitu merenungkan dan menginternalisasi nilai-nilai. Hal ini sebagai novelty dalam penelitian selain terbentuknya Buku Model, Buku Guru dan Buku Siswa model pembelajaran “Tau Jalan Nan Ampek”.

Pengintegrasian nilai kearifan lokal  “Tau Jalan Nan Ampek”  ke dalam pembelajaran PKn dan menyandingkannya dengan nilai agama dapat ditampilkan contoh sebagai berikut :  religius sebagai nilai kebangsaan, padanannya dalam nilai Minangkabau adalah : Tuhan Allah bersifat Qadim, hiduik nan bagubalo angin indak bakisa dinan bana manusia bersifat khilaf, salah ka Tuhan minta tobat, salah ka manusia minta maaf. Nak salamaik dunie akhiraik, hilangkan gawa jo khilaf limbago jalan batampuah, itu kato pituah niniak mamak,  sarugo dinan taguah, narako dilaku awak” (Mas’oed Abidin dan Musra Dahrizal:2014), Dan nilai agama adalah beriman, berihsan dan bertaqwa.  Dalam “Tau Jalan Nan Ampek”  termasuk jalan mandaki.

Contoh lainnya nilai jujur sebagai nilai kebangsaan, padanannya dalam nilai Minangkabau adalah : Putiah kapeh dapek diliek, putiah hati bakaadaan, bajalan di nan luruih, bakato di nan bana, Sedangkan nilai agama adalah : siddiq dan ikhlas. Dalam nilai “Tau Jalan Nan Ampek”   termasuk  jalan mandaki, manurun, mandata dan malereang. 

Kesimpulan tulisan ini adalah bahwa pembelajaran karakter belum dilakukan secara khusus ataupun yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran.  Maka diperlukan model pembelajaran karakter yang konvensional ataupun bersumber dari kearifan lokal. Produk berupa Buku Model, Buku Guru dan Buku Siswa telah dilakukan validasi oleh tim ahli dan melalui FGD yang hasilnya valid dan efektif. Kemudian melalui uji praktikalitas juga telah diperoleh hasil praktis untuk dipakaikan pada proses pembelajaran. Model pembelajaran ini masih perlu terus disempurnakan.

Model ini untuk mencapai level praktis dari kajian ini , sebagai implikasi kajian penulis merekomendasikan ditindaklanjuti dengan juklak dan juknis oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat untuk pelaksanaannya di tingkat SMTA. Materi ini selain pengintegrasian ke dalam mata pelajaran PKn, maka juga dapat dijadikan Muatan Lokal yang menjadi pelajaran tambahan di sekolah. Kemudian juga dapat diadopsi dan dimodifikasi untuk kegiatan lain, seperti pembelajaran Paket-C, pelatihan kepemimpinan kepala sekolah dan pelatihan guru, pelatihan untuk ASN yang baru direkrut dan sebagainya. Penerapan model pembelajaran ini juga dapat mendukung pencapaian hasil Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang berperan untuk membentuk karakter dan merubah sikap mental generasi muda. Kemudian juga mendukung pencapaian program Gold Generation atau Generasi Emas tahun 2045 untuk mencapai bonus demografi, yaitu melahirkan generasi emas yang berkarakter untuk ikut serta membangun bangsa dan Negara Indonesia. (*)

Catatan : Artikel ini ditulis berdasarkan disertasi yang berjudul : Pengembangan Model Pembelajaran Karakter Nilai-Nilai Kearifan Lokal “Tau Jalan Nan Ampek” di Sekolah Menengah Tingkat Atas Kota Batusangkar dengan Promotor : Prof.Dr.H.Sufyarma Marsidin, MPd., Co Promotor : Prof.Dr.H.Azwar Ananda, MA., dan Co Promotor : Afriva Khaidir, SH. M.Hum., MAPA.,Ph.D,.

Dengan Tim Penguji Internal UNP : Prof. Yenni Rozimela, M.Ed.,Ph.D., Prof. Dr. Atmazaki, M.Pd., Prof. Dr. Ahmad Fauzan, M.Pd.,M.Sc., Prof. Dr. Harris Effendi Thahar, M.Pd., Prof. Dr. Agustina, M.Hum. dan Penguji Eksternal UNP : Prof. Dr. rer.soz. Nursyirwan Effendi. Disertasi ini untuk penyelesaian Program Doktor (S3) Prodi Ilmu Pendidikan, pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. (*)

 

Leave a Reply