Tanah Datar Punya Sentra Tenun Pewarna Alami

Tanah Datar Punya Sentra Tenun Pewarna Alami

- in EKBIS, Headline
0

Lintau, bakaba – Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat akan memiliki sentra tenun alami yang dilengkapi sarana dan prasarana penunjang modren. Rumah tenun yang terdapat di Nagari Tigo Jangko Kecamatan Lintau Buo tersebut untuk pembangunannya telah menghabiskan anggaran sebesar Rp. 19,2 M.

Sentra  tenun tersebut dilengkapi dengan gedung produksi, ruang kantor, mahoni, ruang celup, ipal, kantor koperasi dan bangunan untuk produk unggulan yang ada di Kabupaten Tanah Datar serta dilengkapi Rumah Susun Sewa (Rusunawa) tiga lantai dengan 35 unit.
Sentra tenun ini nantinya akan memproduksi kain tenun motif Minangkabau dengan pewarnaan alami. Pewarnaan alami yang tidak mengunakan zat-zat kimia ini akan menghasilkan kain tenun berkualitas tinggi dengan warna-warna esotik.
Abdul Hakim Kepala Koperindag Tanah Datar Kamis (12/05) kepada bakaba.net mengatakan sentra tenun ini nantinya akan menjadi pusat produksi tenun di Kabupaten Tanah Datar serta workshop bagi generasi muda yang ingin belajar tenun.
Lebih lanjut Abdul Hakim mengatakan, kedepannya SMK Lintau akan membuka jurusan tenun, para siswa tersebut akan belajar teori dalam kelas dan pratek lansung mengunakan sentra tenun, agar antara teori dan pratek dapat disingkronkan sehingga para siswa akan lebih mudah dalam menyerapnya.
Dengan adanya sentra tenun di Tanah Datar, tentu hal ini akan berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat setempat, khususnya yang bergerak di bidang tenunan. Pasalnya tenun asal Lintau ini mulai dilirik oleh para pecinta tenun baik, lokal, nasional maupun mancanegara, karena motifnya berbeda dengan motif tenun di daerah lain.
Hasil tenun produksi masyarakat nantinya akan lansung di tampung oleh koperasi untuk dipasarkan, baik melalui kegiatan-kegiatan pameran yang rutin diikuti atau melalui galeri yang juga berada dalam satu komplek dengan rumah tenun, tapi selama ini hasil tenun tersebut selalu habis terjual.
Fira Mardianti warga Koto Ranah Batu Tanjung Bonai tertarik belajar tenun karena ingin mengembangkan kembali budaya Minangkabau yang terkenal dengan songketnya dan meningkatkan ekonominya. Bagaimana tidak harga songket alami berkisar antara Rp. 2,5 juta sampai Rp. 5 juta.
Saat ini dia bersama 30 orang warga lintau sedang mempelajari menenun mulai dari proses awal produksi, seperti teori, memadukan warna, proses celup dan menenun.
Pada kesempatan tersebut bakaba.net juga berhasil menemui Fitri Yunani yang sudah memiliki hak cipta sibak kelambu dan mengajar di sentra tenun, saat ini baru mengembangkan beberapa motif Minangkabau, seperti saik galamai, itiak pulang patang, kulek paku, batu angkek-angkek dan gunuang sangka. Motif-motif tersebut banyak yang meminatinya khususnya perantau Minangkabau.
Sementara motif sibak kelambu yang dia ciptakan berdasarkan motif kain lama Minangkabau, lalu tercipta motif baru yang sudah memiliki hak cipta atas nama dirinya.
Berbicara mengenai mahalnya harga tenun alami ini, dikarenakan pewarnanya alami dan dikerjakan secara manual. Menurutnya, meski songket alami tergolong mahal, tetapi tetap diburu para pecinta songketnya apalagi motifnya berbeda dengan daerah lain. (TIA)

Leave a Reply