Petani Kopi Tanah Datar Desak Pemerintah Jamin Harga Jual Biji Kopi

Petani Kopi Tanah Datar Desak Pemerintah Jamin Harga Jual Biji Kopi

- in Headline, News, TANAH DATAR
0

Tanah Datar, bakaba.net – Petani kopi di Nagari Paninjauan, X Koto, Tanah Datar, Sumatera Barat, H. Yunas Syafri, meminta bantuan pemerintah untuk jaminan harga jual biji kopi.

H. Yunas Syafri menjelaskan bahwa penanaman kopi Arabika di daerahnya dimulai pada tahun 2023, namun belum ada jaminan harga yang memadai, sehingga banyak kopi yang terlantar.

Hal itu terungkap dalam pertemuan petani kopi, pelaku usaha dan pengamat kopi di fanevi cafee di Lintau Puncak Pato Tanah Datar, Senin (18/11).

Kegiatan kolaborasi antara petani dan pelaku usaha ini dihadiri lansung Kadis Pertanian Tanah Datar Sri Mulyani dan TAP4D Tanah Datar Edi Susanto dan Indrayadi serta dinas terkait.

Dalam pertemuan itu Yunas Syafri mengungkapkan mereka menanam kopi di ketinggian 1100 sampai 1500 meter di atas permukaan laut, dengan luas lahan sekitar 1000 hektar tepatnya di pinggang Gunung Marapi.

Dirinya miris melihat petani setempat membiarkan biji kopi Arabika jatuh begitu saja karena belum adanya jaminan harga yang diperoleh petani.

Jikapun mereka berusaha memanen kopi tersebut harganya juga jatuh atau sama dengan varian robusta seharga Rp. 62 ribu rupiah perkilo, ini tentunya tidaklah menguntungkan petani kopi, pasalnya harga normal biji kopi Arabika mencapai Rp. 140 ribu perkilo.

Meski harga kopi ditingkat pengepul terjun bebas, Yunas Syafri tetap merawat pohon kopi miliknya, biji kopi yang merah mereka dipetik dan dikeringkan secara manual. Ia percaya biji-biji kopi ini nantinya akan bernilai ekonomi.

Ia mengedarkan pandangan pada hamparan kebun kopi di pinggang Gunung Marapi itu, ada keinginannya untuk membantu petani lainnya untuk membeli hasil panen tetapi dirinya terkena tempat pengeringan biji kopi serta curah hujan yang tinggi, tentunya hal ini nantinya akan menurunkan kualitas kopi itu sendiri.

“Saya mohon pemerintah dapat membantu 1 unit Greenhouse penjemuran kopi, ini dapat merangsang petani untuk kembali merawat tanaman kopi,” ujarnya.

Bahkan tidak tertutup petani akan berusaha mengembangkan lahan kopi yang ada saat ini.

“Potensi pengembangan kopi di daerah kami sangat besar, namun kami membutuhkan bantuan pemerintah satu unit greenhouse untuk meningkatkan kualitas kopi,” kata H. Yunas Syafri dalam sebuah wawancara.

Saat ini dalam panen raya kebunnya sendiri bisa panen mencapai 2 ton cheri atau petik merah sementara panen mingguan sekitar 200 kilo.

“Dengan bantuan pemerintah, kami berharap dapat meningkatkan produksi dan kualitas kopi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan perekonomian daerah,” kata H. Yunas Syafri.

Terakhir Yunas Syafri juga berharap bahwa pemerintah dapat memberikan jaminan harga yang memadai untuk kopi yang dihasilkan, sehingga petani dapat memiliki kepastian dalam mengembangkan usaha mereka.

“Pemerintah harus memperhatikan nasib petani kopi, karena kami adalah salah satu sektor yang dapat meningkatkan perekonomian daerah,” kata H. Yunas Syafri.

Sementara itu Kadis Pertanian Tanah Datar Sri Mulyani mengatakan kolaborasi petani dan pelaku usaha salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan pelaku usaha.

“Kolaborasi antara petani kopi dan pelaku usaha merupakan kemitraan strategis untuk meningkatkan nilai tambah dan keberlanjutan bisnis kopi dari hulu ke hili,” ujar Sri.

Ia melanjutkan kolaborasi ini dapat mencakup petani yang menyediakan bahan baku dan pelaku usaha yang membantu pemrosesan, pemasaran, dan akses pasar yang lebih luas, serta berfokus pada peningkatan pendapatan, keahlian, dan kesejahteraan kedua belah pihak. (***)

Leave a Reply