Oleh: Ashlih Muhammad Dafizki, M.H
Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
Bencana, dalam bentuk apapun, seringkali datang secara tiba-tiba, mengubah kehidupan kita dalam sekejap. Baik itu bencana alam seperti gempa bumi, banjir, atau letusan gunung berapi, maupun bencana yang disebabkan oleh manusia seperti kebakaran, kecelakaan, atau konflik.
Semua itu meninggalkan jejak yang mendalam pada individu dan masyarakat. Terjadinya sebuah bencana tanpa kita sadari, sudah merupakan ketatapan oleh Allah swt, sebagaimana yang terdapat dalam surat al-Baqarah :155, “dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadam, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan, dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”.
Bencana yang diberikan oleh Allah swt kepada kita, tentunya bukan tanpa alasan, bencana, ujian dan cobaan yang diberikan oleh Allah kepada kita, bisa sebagai bentuk peringatan Allah atas dosa-dosa yang telah kita lakukan, dan juga bisa diartikan sebagai salah satu bentuk ujian yang diberikan oleh Allah swt, untuk meningkatkan iman dan ketaqwaan kita kepadanya.
Terlepas dari apapun tujuan Allah swt memberikan ujian, cobaan dalam bentuk bencana, terdapat peluang untuk melakukan muhasabah diri.
Muhasabah adalah melakukan intropeksi diri terhadap apapun bentuk kegiatan yang telah kita lakukan selama ini, seperti hubungan kepada Allah, kepada sesama manusia, bahkan hubungan kepada binatang serta tumbuh-tumbuhan.
Muhasabah sangat penting untuk dilakukan baik oleh mereka yang menjadi korban maupun bukan korban. Sayyidina Umar pernah mengungkapkan dalam sebuah khutbah “hisablah dirimu sebelum engkau di hisab, karena sesungguhnya hal itu akan meringkan hisabmu (di hari kiamat).
Muhasabah diri yang dapat kita lakukan di tengah bencana sebagai bentuk refleksi diri dan pembelajaran hidup, meliputi hal, seperti, menyadari kerapuhan hidup.
Ketika sebuah bencana melanda kita seringkali dihadapkan pada kenyataan akan kerapuhan hidup. Rumah yang selama ini menjadi tempat berlindung bisa hancur dalam sekejap, harta benda yang dikumpulkan selama bertahun-tahun bisa hilang begitu saja.
Dalam situasi seperti ini, kita diingatkan bahwa segala sesuatu di dunia ini bersifat sementara dan tidak ada yang benar-benar kita miliki secara permanen. Sehingga dengan melakukan muhasabah diri, kita dapat merenungkan sejauh mana ita bergantung pada hal-hal materi dan mengingatkan kita untuk lebih menghargai hal-hal yang lebih abadi seperti keluarga, persahabatan, dan iman.
Kemudian, pentingnya rasa syukur, yang merupakan salah satu pembelajaran terbesar yang bisa diambil dari sebuah bencana, dimana kita belajar mensyukuri hal-hal kecil yang seringkali terlewatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Seseorang yang telah melalui bencana mungkin akan lebih menghargai kenyamanan tempat tidur, keamanan rumah, atau bahkan sekedar keberadaan orang-orang tercinta di sekitarnya.
Selain itu bencana juga merupakan momen untuk mendekatkan diri kepada Allah swt, rasa tidak berdaya dan ketidakpastian yang dibawa oleh bencana seringkali mendorong kita untuk mencari kekuatan dan penghiburan dalam iman dan spiritualitas, dalam konteks ini bisa menjadi cara untuk memperkuat hubungan kita dengan Tuhan, memahami rencana-Nya, dan menemukan ketenangan di tengah kekacauan.
Akan tetapi muhasabah diri yang kita lakukan di tengah bencana bukan hanya tentang refleksi diri, tetapi juga tentang mengambil tindakan nyata untuk memperbaiki diri dan lingkungan, setelah melalui proses refleksi, langkah selanjutnya adalah menerapkan pelajaran yang telah didapatkan.
Ini bisa berupa tindakan sederhana seperti menjadi lebih peduli dan membantu sesama, hingga tindakan besar seperti terlibat dalam upaya pemulihan dan rekonstruksi pasca bencana.
Tindakan nyata ini tidak hanya membantu kita menjadi individu yang lebih baik, tetapi juga berkontribusi pada pemulihan dan pembangunan kembali komunitas yang lebih kuat dan tangguh. Kita belajar untuk bekerja sama, saling mendukung, dan membangun solidaritas yang kuat dengan orang-orang di sekitar kita.
Walaupun bencana membawa kita kepada penderitaan dan kesulitan, bencana juga membawa peluang untuk pertumbuham dan pembelajaran, melalui muhasabah diri di tengah bencana, kita dapat merenungkan makna hidup, belajar untuk bersyukur, memperkuat iman, dan mengambil tindakan nyata untuk perbaikan diri dan lingkungan. Sehingga, setiap bencana bisa menjadi titik awal bagi perjalanan menuju kehidupan yang lebih baik dan lebih bermakna. (***)