Memperkuat Ketahanan Keluarga terhadap Stunting melalui Penyuluhan Agama

Memperkuat Ketahanan Keluarga terhadap Stunting melalui Penyuluhan Agama

- in Headline, OPINI
0

Oleh: Alharnisyefrita Wirahadinofa, S.Sos.I, MH
UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi/Penyuluh Agama Kab. Agam

Stunting, atau kondisi kerdil pada anak-anak akibat kekurangan gizi kronis, telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan di Indonesia.

Selain berdampak pada pertumbuhan fisik, stunting juga dapat mempengaruhi perkembangan kognitif dan kesehatan mental anak-anak.

Upaya untuk mengatasi stunting membutuhkan pendekatan yang komprehensif, melibatkan berbagai sektor, termasuk agama dan spiritualitas.

Dalam konteks ini, penyuluh agama memainkan peran penting dalam memperkuat ketahanan keluarga terhadap stunting.

Dengan memanfaatkan pengaruh positif agama dan ajaran spiritual, penyuluh agama dapat memberikan edukasi dan motivasi kepada masyarakat untuk mempraktikkan pola hidup sehat dan mengoptimalkan perkembangan anak.

Selain itu, penyuluh agama juga dapat menjadi jembatan penghubung antara masyarakat dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting.

Pertama, penyuluh agama dapat menekankan pentingnya gizi seimbang dan pola makan yang sehat sebagai bagian dari ajaran agama.

Kebanyakan ajaran agama menekankan prinsip hidup sehat, termasuk mengonsumsi makanan bergizi dan menghindari makanan yang tidak sehat.

Dengan mengintegrasikan pesan ini ke dalam penyuluhan agama, penyuluh dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi yang baik, terutama bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak.

Penyuluh dapat membagikan informasi tentang makanan bergizi, makanan sehat, memberikan contoh menu seimbang yang sesuai dengan budaya lokal.

Kedua, penyuluh agama dapat mempromosikan praktik-praktik positif dalam pengasuhan anak yang selaras dengan ajaran agama.

Ini meliputi pemberian ASI eksklusif, stimulasi kognitif dan emosional yang memadai, serta pola asuh yang penuh kasih sayang dan dukungan.

Dengan menghubungkan praktik-praktik ini dengan nilai-nilai agama, penyuluh dapat mendorong orang tua untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal.

Ketiga, penyuluh agama dapat berperan sebagai agen perubahan dalam masyarakat dengan menyuarakan pentingnya perbaikan sanitasi, akses air bersih, dan kebersihan diri dan lingkungan.

Kondisi sanitasi yang buruk dan kurangnya akses terhadap air bersih merupakan faktor risiko utama terjadinya stunting.

Dengan memanfaatkan ajaran agama tentang kebersihan dan kesehatan lingkungan, penyuluh dapat mendorong masyarakat untuk mengambil tindakan nyata dalam memperbaiki kondisi tersebut.

Penyuluh dapat mengajak masyarakat untuk melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan, membangun sarana sanitasi yang memadai, serta mengampanyekan pentingnya kebersihan lingkungan dalam setiap kegiatan penyuluhan.

Selain itu, penyuluh agama dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan, lembaga pemerintah, dan organisasi masyarakat sipil dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting.

Kolaborasi ini dapat mencakup kegiatan seperti kampanye kesadaran, penyuluhan gizi, dan pendampingan keluarga yang berisiko, serta pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak secara rutin.

Dengan menggabungkan kekuaran dan pengetahuan dari berbagai pihak, upaya ini dapat lebih efektif dan mencapai cakupan yang lebih luas.

Selain itu, penyuluh agama dapat memanfaatkan momentum keagamaan seperti ceramah, pengajian, atau khotbah untuk menyampaikan pesan tentang pencegahan stunting.

Dengan mengaitkan pesan ini dengan ajaran agama yang relevan, penyuluh dapat meningkatkan kesadaran dan motivasi masyarakat untuk mengambil tindakan nyata dalam mencegah dan mengatasi stunting.

Dalam konteks masyarakat yang kuat dipengaruhi oleh ajaran agama dan budaya, peran penyuluh agama menjadi sangat penting. Dengan memanfaatkan pengaruh positif agama dan spiritualitas, penyuluh agama dapat memperkuat ketahanan keluarga terhadap stunting.

Melalui edukasi, motivasi, dan pemberdayaan masyarakat, penyuluh agama dapat berkontribusi secara signifikan dalam memerangi stunting dan memastikan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal bagi anak-anak Indonesia. (Syefrie)

Leave a Reply