Tanah Datar, bakaba.net – Kepala Dinas Pertanian Tanah Datar Sri Mulyani mengajak petani kakao untuk tetap mempertahankan lahan kakao yang sudah ada dengan cara meningkatkan intensifikasi lahan serta menjaga kelestarian lingkungan.
“Saya mengimbau masyarakat bahwa tetap mempertahankan lahan kakao yang sudah ada dengan cara meningkatkan intensifikasi lahan.
Sehingga produksi kakao dapat ditingkatkan dan memanfaatkan lahan-lahan yang marginal dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan,” ujar Sri Mulyani, Jum’at (07/06) di Batusangkar.
Dikatakan, saat ini harga komoditi kakao kering di pasaran terus meningkat, bahkan harga mencapai antara Rp.100.000 ribu hingga Rp130.000 per kilogram.
Harga kakao yg diperkirakan terus melejit akan mempengaruhi pertumbuhan perekonomian masyarakat di tengah ancaman inflasi karena banyaknya bencana alam.
Selain kembali merawat dan memupuk tanaman kakao, Sri juga menganjurkan petani agar tanaman kakao yang bukan dari klon unggul, untuk disambung dengan klon kakao unggul Sumbar yaitu BL 50.
Khusus untuk tanaman kakao unggul yang sudah tidak terawat agar kembali memangkas dahan mulai pemangkasan bentuk, pangkas pemeliharaan, dan pemangkasan produksi, serta yang tidak kalah penting melakukan pemupukan serta sanitasi lahan juga sangat untuk produksi kakao.
Tanah Datar memiliki luas kebun kakao 3.897.30 hektar dengan jumlah produksi sebanyak 4.132,00 ton sementara produksi untuk satu hektar lahan 1,06 ton.
Untuk meningkatkan produksi kakao tersebut dapat ditingkatkan dengan cara disambung BL. 50.
Saat ini dari luas 3.897,30 hektar lahan kakao baru 2.000 hektar yang disambung dengan BL. 50.
“Baru 50% kakao di Tanah Datar disambung dengan klon unggul yaitu balubuih Limapuluh Kota,” ujar Sri.
Sebaran lahan kakao di Tanah Datar yaitu luas lahan kakao di Kecamatan Rambatan 1.337,75 hektar, Lintau Buo Utara seluas 814.50 hektar, Sungayang 410,50 hektar, Batipuh Selatan 214,00.
Selanjutnya Sei Tarab seluas 158,00 hektar, Tanjung Baru 184,80 Hektar, Salimpaung 134,00 hektar, Lintau Buo 112,00 hektar, Tanjung Emas 142,25 hektar, Lima Kaum 70,00 hektar, Pariangan 59,75 hektar, Batipuh 84,75 hektar, dan X Koto 9,00 hektar. (***)