BAKABA | Bangun Karakter Bangsa

Afridawati Haji Dahlan BBA, MBA: Perempuan Minang di Era Digital: Antara Tradisi dan Modernitas

Tanah Datar, bakaba.net – Perempuan Minang di era digital menghadapi tantangan kompleks dalam menjaga identitas budaya dan kesetaraan gender.

Hal itu disampaikan Afridawati Haji Dahlan BBA, MBA dalam bimbingan teknis peningkatan kapasitas bundo kanduang di istana Silinduang Bulan Pagaruyung, Senin (25/08).

Kegiatan yang menghadirkan lebih 100 orang peserta itu memanfaatkan anggaran dari pokok-pokok pikiran anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat H. Rony Mulyadi Datuak Bungsu.

Dalam Kegiatan itu Rony Mulyadi yang biasa disapa angku ini menghadirkan sejumlah pemateri yaitu Prof. Dr. Ir. Raudha Thaib MP, Afridawati Haji Dahlan BBA. MBA dan Dr. Jefrinal SH, M.Si.

Afridawati seorang bundo kanduang yang berasal dari Nagari Kumango dan menimba ilmu dari berbagai negara ini menyampaikan sistem matrilineal yang menjadi ciri khas budaya Minang memberikan kedudukan tinggi bagi perempuan, namun stereotipe gender dan kesenjangan literasi digital masih menjadi hambatan.

Ia melihat perempuan Minang dihadapkan pada tekanan untuk mempertahankan identitas budaya mereka di tengah arus globalisasi dan digitalisasi.

“Representasi budaya Minangkabau di media digital sering kali disederhanakan dan dikomersialkan, sehingga nilai-nilai filosofis yang mendalam bisa terkikis,” ujarnya.

Affridawati menilai perempuan Minang memiliki peran penting dalam pembangunan sumber daya manusia yang kuat di era digital.

“Mereka dapat memanfaatkan teknologi untuk melestarikan dan menyebarkan informasi tentang budaya Minangkabau, serta menjadi pemimpin kritis dan bijaksana dalam mengelola dampak negatif teknologi,” ujarnya.

Ia dengan gamblang menyebut kesetaraan gender di era digital menjadi isu penting bagi perempuan Minang.

Untuk itu perempuan minang harus mampu menyeimbangkan antara menjaga nilai-nilai matrilineal dan memenuhi tuntutan kesetaraan gender di ranah digital.

Afridawati optimis perempuan Minang dapat menjadi agen perubahan yang positif dalam menjaga identitas budaya dan kesetaraan gender di era digital. Mereka dapat membangun masa depan yang lebih baik dengan memanfaatkan teknologi dan informasi untuk kepentingan masyarakat.

Hal ini dibuktikan perempuan perempuan asal minang kabau telah berbuat melebihi jamannya sebut saja Rohana Kudus, seorang jurnalis dan pendidik yang mendirikan sekolah khusus perempuan bernama Kerajinan Amai Setia (KAS).

Rasuna Said, pejuang kemerdekaan Indonesia dari Sumatera Barat yang dikenal sebagai orator ulung. Rahmah El Yunusiyah, seorang tokoh ulama perempuan yang mendirikan Perguruan Diniyah Putri di Padang Panjang. Ia adalah pionir pendidikan putri, khususnya di tanah Minangkabau.

Siti Manggopoh tokoh pahlawan wanita yang memimpin perjuangan melawan tentara Belanda dalam perang Belasting (Pajak Uang), Inyiak Upiak Palatiang seorang wanita yang dikenal sebagai pendekar silat di Sumatera Barat. (***)

Exit mobile version