“Marosok” Tradisi Yang Hanya Ada Di Ranah Minang

“Marosok” Tradisi Yang Hanya Ada Di Ranah Minang

- in BUDAYA, Headline, TANAH DATAR
0

Batusangkar, bakaba. “Marosok” merupakan tradisi Masyarakat Minangkabau dalam melakukan jual beli ternak. Tradisi yang terkesan cukup unik ini bahkan sudah berlansung sejak ratusan tahun yang lalu.

Jual beli ternak dalam sunyi ini masih tetap berlansung di pasar-pasar ternak yang ada di Ranah Minang.

Saya masih ingat, ketika saya kecil orang tua sering bercerita tentang transaksi jual beli ternak dalam diam dan sunyi itu lebih dikenal dengan “Marosok”, makanya setiap pedagang ternak selalu membawa kain sarung ketika melakukan transaksi.

Janganlah heran atau menuduh LGBT bila melihat dua laki-laki saling bergenggaman tangan dibalik kain sarung. Pasalnya saat itulah sedang berlansung traksaksi jual beli ternak.

Saya pagi ini sengaja berada di pasar ternak Tanah Datar yang terletak dipinggir jalan Batusangkar – Padang itu. Meski udara terasa dingin menusuk tulang, tetapi aktifitas jual beli ternak sudah ada di pasar itu.

Memang para pembeli ternak sengaja datang lebih awal agar mendapatkan ternak yang sehat.

Kembali ke tradisi “Marosok” dalam transaksi jual beli ternak dilakukan antara penjual dan pembeli dengan menggunakan bahasa isyarat tangan. Tanpa omongan.

Pedagang dan pembeli saling berjabat tangan, dan memainkan masing-masing jari tangan untuk bertransaksi.

Saat terjadi transaksi jual beli ternak, penjual dan pembeli saling menggenggam, memegang jari, mengoyang ke kanan dan ke kiri. Ketika traksaksi berhasil setiap tangan saling melepaskan, sebaliknya jika harga belum cocok, kedua tangan tetap saling menggenggam serta menawarkan harga baru yang bisa disepakati.

Permainan tangan dalam diam dan senyap ini juga terkenal unik, pasalnya menggenggam tangan‘permainan tangan’ dilakukan dibalik kain sarung baju, kopiah atau benda lain.

Tujuan dari sikap ini adalah agar orang lain tak mengetahui proses transaksi tersebut. Sehingga harga ternak yang diperdagangkan, hanya diketahui oleh si penjual dan pembeli.

Dalam Marosok, setiap jari melambangkan angka puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan rupiah.

Dalam tradisi Marosok ini, setiap jari melambangkan angka puluhan, ratusan, ribuan, bahkan jutaan Rupiah. Ketika, ada pedagang yang ingin menjual ternak seharga Rp 6,4 juta. Maka dia akan memegang telunjuk pembeli yang melambangkan sepuluh juta Rupiah.

Setelah itu, empat jari yang lain digenggam dan digoyang ke kiri. Ini berarti Rp 10 juta dikurangi Rp 4 juta. Sedangkan untuk menunjukkan Rp 400 ribu, empat jari yang digoyang tadi digenggam lagi dan dihentakkan. Jika disepakati, transaksi berakhir dengan harga Rp 6,4 juta. (TIA)

Leave a Reply