Oleh :Roni Pasla
Nagari Guguak Malalo terletak di kecamatan Batipuh Selatan Kabupaten Tanah Datar Sumatra Barat, tepatnya di sebelah utara Danau Singkarak. Salah satu pendapatan masyarakat setempat adalah nelayan. Tetapi hasil tangkapan nelayannya ‘ikan bilih” endemik langka
sejak 10 tahun belakangan mengalami penurunan dratis.
Saya salah seoranf anak muda Malalo tepian danau Singkarak dengan orang tua berprofesi sebagai penangkap ikan di danau itu dapat mengenyam pendidikan dasar hingga sampai perguruan tinggi dari hasil tangkapan ikan bilih.
Namun sekarang ikan bilih tersebut terancam punah masyarakat di tepian danau singkarak yang dulu pada umumnya berprofesi sebagai nelayan, harus beralih profesi sebagai petani untuk melanjutkan kehidupan menyonsong memenuhi kebutuhan yang serba mahal pada saat sekarang ini, hasil panen yang tak hanya seberapa, di tambah lagi hama yang menyerang tanaman, hal tersebut berdampak kepada kelanjutan pendidikan anak-anak mereka
Di kampung saya, masyarakat Guguak Malalo dalam menangkap bilih, masih memegang teguh aturan-aturan yang berlaku di dalam nagari. Bukan maksud merendahkan, aturan yang berlaku di tepian nagari Guguak Malalo tidak akan kita temui di daerah lain di sekitar danau singkarak.
Tepian lain di salingka danau itu, nelayan mengunakan pukat langli(pukat harimau), bahan peledak, sentrum dan bagan(tambak gantung pakai waring rapat yg dibantu dengan cahaya lampu), masyarakat Malalo masih setia menangkap ikan dengan cara tradisional pakai jala ( jalo) dan alahan yang ramah lingkungan.
Namun seiring dengan berjalannya waktu serta begitu banyaknya polusi yang mencemari danau singkarak, salah satunya dampak dari pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air(PLTA) Singkarak yang berlokasi di nagari Guguak Malalo, maka populasi ikan bilih di danau singkarak berkurang secara drastis, bahkan hampir mencapai titik punah.
hal tersebut di akibatkan dengan banyaknya bahan peledak yang di gunakan pada saat pembuatan PLTA singkarak yang dibangun kira-kira 23 tahun silam, belum lagi di akibatkan tidak langsung nya sumber mata air dari gunung menuju danau akibat di tampung langsung oleh terowongan air menuju asam pulau.
Penbangunan dan pengoperasian PlTA Singkarak ini juga berdampak terhadap perairan sawah di Malalo, banyak sawah-sawah masyarakat tidak bisa di garap lagi karena sumber-sumber jadi hilang dan irigasi mengering. Saya berpikir PLTA singkarak harus bertanggung jawab terhadap hal ini.
Pada dasarnya siklus perairan di danau singkarak sangat mendukung tumbuh dan berkembangnya populasi ikan bilih, namun fasilitas untuk bertelur bagi ikan bilih sudah tertutup oleh sampah dan lumpur yg masuk ke dalam danau dan sedikitnya air bersih dari sungai yang sampai kedanau.
Sebelum dibangunnya PLTA Singkarak, tidak ada pengendapan sampah dan lumpur yg terjadi di danau singkarak, semua selalu dibuang melalui sungai ombilin. Namun saat ini bendungan yg ada di sungai ombilin selalu tertutup rapat, sehingga tidak ada tempat lain untuk membuang limbah yang masuk dari aliran sungai-sungai di sekitar danau singkarak.
Akibat dari pengendapan itu berdampak sangat buruk terhadap perkembangan ikan di dalam danau, tertutupnya tumbuhan-tumbuhan air (jaramun sago bahasa setempatnya) tempat bertelurnya ikan bilih. Ditambah dengan cara penangkapan dengan memakai bagan yang memakai waring yang sangat rapat.
Sekarang semua telah terjadi, belum ada solusi bagi nelayan-nelayan di sekitar danau singkarak terutama nelayan Malalo yang selama ini selalu menjaga kelansungan hidup ikan bilih ini, ikan yang satu-satunya jenis ikan yang hidup di indonesia, konon kabar nya ikan ini cuma bisa kita temui di negara Brazil.
Mungkin sekarang kita cuma bisa menikmati akhir dari cerita keberadaan ikan bilih di danau singkarak, akan kah ikan bilih ini akan menjadi cerita saja bagi anak cucu kita nanti???.
Tentunya tidak, kita masih berharap populasi ikan bilih ini dapat kita temui lagi di danau singkarak agar dapat meningkatkan kembali ekonomi masyarakat ditepian danau, serta dapat kita warisi untuk anak cucu kita nantik .
Kita berharap kepada pemerintah dan instansi terkait agar mencarikan solusi terkait terancamnya ekosistem ikan bilih di danau singkarak tersebut. ****