Kaba Dari Iran, Menimba Ilmu Yang Menyenangkan

Kaba Dari Iran, Menimba Ilmu Yang Menyenangkan

- in Headline, OPINI
0

Bagian 2
Oleh DR. Gazali, Mag
Direktur Pascasarjana IAIN Bukittinggi

Hari pertama di Iran, kami sudah diarahkan untuk mengunjungi perguruan tinggi yang ada di Taheran. Dalam satu hari tidak kurang tiga perguruan tinggi kenamaan kami singgahi. Hingga tengah malam kami masih disuguhi dengan kegiatan-kegiatan ziarah ke tempat-tempat suci, seperti makam tokoh Syiah dan tokoh politik Iran.

Cultural Workshop yang diadakan oleh pemerintah Iran dengan dukungan dari beberapa perguruan tinggi dan pemerintah daerah yang ada di Iran (Qum, Isfahan, Isfahan, dan lain-lain). Peserta terdiri dari tenaga pengajar/ dosen dari perguruan tinggi yang ada di seluruh dunia.

Pada cultural workshop yang diselenggarakan dari tanggal 28 Januari- 6 Februari 2019 ini diikuti oleh seluruh perwakilan benua kecuali Australia dan Negara Tiongkok. Yang menariknya lagi adalah peserta tidak terbatas hanya pada kalangan muslim saja. Ada salah seorang pendeta dari Kristen Ortodok Koptik dari Mesir, dan beberapa Nasrani dari Eropa dan Amerika.

Pemerintah Iran melayani tamunya dari seluruh dunia dengan sangat mulia. Sejak dari kedatangan sampai kembali ke tanah air masing-masing. Untuk perjalan jarak dekat seluruh peserta dilayani dengan Bus yang sangat nyaman. Sedangkan untuk menjangkau provinsi yang jauh kami diangkut menggunakan pesawat terbang dan kereta api, sungguh perjalanan yang penuh menyenangkan.

Tidak kurang 20 perguruan tinggi yang ada kami kunjungi selama lebih kurang dua pekan, lebih kurang sepuluh pusat ibadah; masjid, maqam wali, tokoh politik, pusat kebudayaan; tempat pertunjukan seni tradisional Iran, sinema yang menyuguhkan film-film berkualitas, yang bukan hanya sekedar hiburan, akan tetapi film yang mengandung unsur kebudayaan, seni, sains dan keahlian sinematografi ahli-ahli perfilman Iran, sehingga film-film mereka mampu bersaing di tigkat global seperti “Oscar”, dan pusat ekonomi; sentra kerajinan karpet, lahan pertanian di padang pasir, masyarakat Iran menggali padang pasir seluas lapangan bola kaki dengan kedalaman lebih kurang 100 meter untuk mendapatkan sumber air yang digunakan untuk mengairi pertanian mereka.

Sungguh pemandangan yang menakjubkan dan di luar nalar orang-orang tropis.

Di setiap kunjungan ke perguruan tinggi, baik perguruan tinggi umum (sain; sperti ITB di Indonesia), perguruan tinggi agama, dan pergurun tinggi dan madrasah khusus perempuan, terlihat kalangan terdidik di Iran sangat modern dan menguasai khazanah keislaman klasik dan pengetahuan modern.

Dalam berkomunikasi, masyarakat lebih senang dan suka menggunakan bahasa “ibu” mereka sendiri dan bahasa Inggris. Masyarakat Iran dalam berkomunikasi baik di ruang formal (seminar, diskusi dan talkshow) dan informal ( tempat wisata, pasar, dan stasiun) lebih fasih berbahasa Inggris dan jarang sekali menggunakan bahasa Arab.

Dari segi kiblat keilmuan para ilmuwan Iran mayoritas menimba ilmu ke eropa (Inggris, Prancis dan Jerman), bahkan dalam rutinitas sehari-hari mereka menggunakan alat transportsi keluaran Eropa, seperti VW, bahkan jarang sekali kita menemui di jalanan merek Toyota, Honda dan Daihatsu.

Rakyat Iran sangat menghormati para leluhur mereka, apalagi yang berjasa kepada Negara, agama dan bangsanya. Setiap kuburan tokoh Iran dibangun dengan megah sehingga menjadi tepat ziarah bagi anak cucu mereka.

Tempat-tempat ziarah di Iran akan kita temuai di setiap provinsi yang ada di Iran. Karena masyarakat Iran sangat menjaga batas antara laki-laki dan perempuan, maka tempat tersebut dibatasi dengan memberikan ruang yang terpisah antara peziarah laki-laki dan perempuan. Bagi perempuan juga disyaratkan untuk menggunakan pakaian khusus, yaitu “jilbab”.

Jilbab adalah pakaian berbentuk mukena (seperti di Indonesia), yang panjagnya sampai menyentuh tanah dan umumnya berwarna hitam.

Jilbab hanya digunakan ketika ke luar rumah. Setiap perempuan Iran “wajib” menggunakan jilbab ketika hendak ke luar rumah. Setiap wanita memilki jilbab yang siap digunakan, dan diletakkan di depan pintu akan ke luar.

Jadi jilbab di Iran bukanlah kain segi empat yang kemudian dilipat membentuk segitiga dan dililitkan di kepala yang hanya menutup sampai satu jengkal di bawah dada. Akan tetapi jilbab bagi perempuan Iran adalah kain yang longgar yang menutup seluruh pakaian mereka sehingga dapat melindungi mereka dari gangguan yang tidak diinginkan.

Laki-laki Iran dalam berpakain identik dengan masyarakat barat, menggunakan pantalon, lengkap dengan setelan jas, dan jarang menggunakan dasi, pakaian ini digunakan oleh mereka yang berpendidikan umum dan masyarakat biasa.

khusus bagi Mereka yang sarjana agama, mereka menggunakan jubbah yang berlapis, tanpa serban (sebagimana Raja Salman) dan menutup kepala mereka dengan gulungan kain bulat berwarna putih, krem dan coklat.

Kaum milenial Iran sudah terpengaruh dengan budaya barat, sebagaimana saya dapati di salah satu taman di Isfahan, mereka sudah memotong rambut dengan gaya yang menarik, menggunakan jeans dari merek-merek terkenal dan sepatu cats yang beraneka warna.

Selama di Iran seluruh delegasi tidak dipungut biaya; konsumsi, akomodasi dan transportasi selama di Iran (satu kali naik pesawat antar propinsi dan kereta api kelas bisnis selama lebih kurang 8 jam dari Isfahan menuju bandara di Taheran, dan Bus antar jemput ke lokasi Workshop).

Bagi yang tertarik ke Iran dapat melakukan kerjasama dengan perwakilan pemerinta Iran yang ada di Jakarta, sehingga memperoleh rekomendasi untuk melawat ke negeri 1000 Mullah tersebut. Dan jangan lupa transportasi dari daerah ke Jakarta dan Jakarta ke Taheran pulang pergi anda tanggung sendiri. (***)

Leave a Reply