Batusangkar, Bakaba--Faktor kondisi tubuh dalam keadaan cacat ternyata tidak mempengaruhinya untuk tetap tegar mengarungi lautan kehidupan yang terkadang penuh dengan tantangan. Apa lagi ia mempunyai tanggung jawab seorang isteri dan tiga anak, membuat lelaki separoh baya ini semakin serius menjalani usaha yang digelutinya.
Pria yang dari kecil sudah mengalami cacat pada kaki bahagian kiri ini bernama Syafruddin, tetapi di kawasan Rajo Dani dan Padang Ganting pada umumnya ia lebih populer dengan sebutan Yap. Dulu ia pernah aktif di kantor Pemerintahan Nagari Padang Ganting, tetapi sekarang ia lebih cendrung menekuni usaha yang telah dirintisnya lima tahun lalu.
Usaha yang digeluti itu dalam bentuk penetasan telur itik, dengan menggunakan mesin tradisional yang dirancangnya sendiri bersama tukang kayu terdekat. Meskipun sangat sederhana sekali, namun 20 unit mesin penetas telur itik itu mampu menghasilkan anak itik sekitar 2.000 s/d 2.500 perbulan.
“Saya belajar membuat mesin penetas telur ini secara otodidak, dengan membeli buku di toko buku, kemudian mempelajari secara seksama dan mempraktekkannya hingga berhasil seperti sekarang ini,” kata Yap ketika ditemui di tempat usahanya di Jorong Rajo Dani Nagari Padang Ganting Kecamatan Padang Ganting, Jum’at (25/8).
Menurut Yap, berusaha sebagai produsen anak itik tidak terlalu sulit, Cuma membutuhkan disiplin cukup, baik dalam bentuk kontrol suhu mapun dalam penjagaa telur agar dapat suhu merata setiap harinya.
“Saya harus membolak-balik telur dalam mesin tetas dua kali sehari, pagi dan sore, agar.seluruh telur mendapat panas yang sama,” kata Yap sambil membuka salah satu dari mesin penetasnya yang sedang beroperasi.
Ia mengakui, jika dalam mengembangkan usaha penetasan telur itik ini masih menemui banyak masalah, baik dalam bentuk pengadaan bahan baku berupa telur maupun dalam pemasaran hasil produksi. Dari segi bahan baku telur, Yap harus bolak balik ke Payakumbuh untuk mendapatkan bahan baku usahanya.
“Untung saja saya sekarang sudah mempunyai sepeda motor roda tiga, sehingga tidak menyulitkan lagi untuk menghubungi pengusaha itik petelur ke Payakumbuh,” kata Yap dengan senyum khasnya.
Untuk satu bulan produksi, dengan kondisi mesin penetas 2o unit, Yap membutuhkan setidaknya 3.000 butir telur,mengingat 1 unit mesin penetas kapasitas terpasangnya sebanyak 150 butir telur. Dengan kata lain, untuk satu kali putaran ia membutuhkan 100 zak telur dengan harga Rp.60.000,- s/d Rp.70.000,- perzak.
“JiKa saja dalam satu kali putaran itu bisa menghasilkan 2.000 anak itik dengan harga rata-rata Rp.10.000,- perekor, maka kami akan menghasilkan omzet Rp.20,- juta perbulan,” tutur Yap menambahkan.
Syafruddin mengakui, permasahan pasar kadang-kadang mencemaskan, karena belum ada pasar yang rutin dan menjamin, namun demikian produksi anak itiknya sudah mulai meluas ke Taluak Kuantan, Pekan Baru dan Jambi. Itupun dikirimkan melalui pedagang, dengan konsekwensi ongkos angkut ditanggung pemesan.(WD)
IKLAN ECXELENT RD