Oleh : Destia Sastra
Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah dan budayanya. Berbicara mengenai budaya, Tanah Datar selaku pusat kebudayaan Minangkabau mengelar sebuah ivent besar bertajuk Festival Pesona Budaya Minangkabau.
Festival budaya yang dipusatkan di Kota Batusangkar tersebut salah satu cara seru untuk mengenal seni dan kebudayaan Minangkabau. Untuk menyaksikan seni dan budaya Minangkabau, maka berkunjunglah ke Festival Pesona Budaya Minangkabau mulai 29 November – 3 Desember 2017 Batusangkar, Tanah Datar, Sumatera Barat.
seluruh rangkaian kegiatan selama festival berlangsung akan dikemas seapik mungkin agar masyarakat yang hadir dapat mengenal tradisi dan kekayaan budaya Minangkabau secara utuh.
Seperti festival pada umumnya, acara ini pun padat aktivitas. Di antaranya ada pameran matrilineal, arakan jamba sebanyak 1.111, makan bajambah, pagelaran seni spesifik Tanah Datar, pagelaran budaya Malayu Malaysia Riau, Pagaruyung Expo, pacu jawi, pameran matrilineal, pagelaran kesenian Kab/kota se Sumbar, pameran foto pesona budaya Minangkabau dan lomba lagu minang.
Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumbar, Riau dan Kepulauan Riau Nurmatias mengatakan penyelenggaraan pameran matrilineal berkata, “Dalam pameran matrilineal nanti kami akan bekerja sama dengan sepuluh Balai Pelestarian Cagar Budaya, kecuali Bali yang tidak dapat hadir karena bencana Gunung Agung.
Pameran yang diusung Balai Pelestarian Cagar Budaya yaitu pameran matrilineal. Topik tersebut sangat pas dan tepat dengan sistem kekerabatan di Minangkabau yang menganut sistem kekerabatan matrilineal. Sistem matrilineal.
Sistem tersebutlah yang mengatur kehidupan dan ketertiban ditengah-tengah masyarakat Minangkabau yang terikat dalam suatu jalinan kekerabatan dalam garis ibu. Seorang anak laki-laki atau perempuan dalam keluarga merupakan bagian garis keturunan yang dibawa oleh darah ibu mereka.
Sementara seorang ayah dalam keluarga inti tidak dapat memasukkan anaknya ke dalam sukunya sebagaimana yang berlaku dalam sistem patrilineal yang dianut oleh mayoritas suku lainnya di Indonesia.
Dengan kata lain seorang anak yang terlahir dengan latar belakang orang tua Minangkabau akan mengikuti suku ibunya.
Selain sistem kekerabatannya yang unik, orang Minangkabau juga dikenal memiliki kebiasaan merantau atau pergi ke luar dari daerah kelahirannya untuk mendapatkan pengalaman hidup yang baru. Merantau dalam budaya Minangkabau merupakan keharusan,
khususnya kepada para pemuda jika dia ingin dipandang dewasa dalam masyarakat. Masyarakat Minang menganggap bahwa laki-laki remaja hingga pemuda yang belum menikah dan tidak pergi merantau sebagai orang-orang yang penakut dan tidak bisa hidup mandiri.
Basrizal Datuak Pengulu Basa mengatakan asal-usul sistem matrilineal dan merantau sampai saat ini belum dapat dijelaskan dengan bukti empiris dan hanya dapat dijawab oleh cerita-cerita mitos, asal-usul mengapa suku Minangkabau memegang sistem matrilineal menjadi menarik untuk diketahui karena tidak banyak suku di Indonesia, bahkan di dunia, yang mempraktikkan sistem ini.
Sistem matrilineal, bersama dengan kebudayaan merantau, telah mengakar dalam kebudayaan Minangkabau sejak lama dan kedua hal ini termasuk faktor dominan yang membentuk masyarakat Sumatera Barat hingga sekarang.
Sementara itu Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon mengatakan seni dan budaya serta benda-benda cagar budaya merupakan jadi diri sebuah bangsa. Untuk itu benda-benda dan budaya harus tetap dijaga agar tidak hilang ditelan masa.
Fadli Zon dalam pembukaan pameran matrelineal memberikan aspresiasi terhadap BPCB dan Pemkab Tanah Datar mengelar ivent akbar festival pesona budaya Minangkabau yang menghadirkan berbagai ivent seni dan budaya, hal ini tentunya dapat menjadi media belajar bagi generasi sekarang yang sudah jaranf bersentuhan dengan budaya tradisional.
Sementara itu pada terlihat pameran matrelineal ramai dikunjungi oleh masyarakat Tanah Datar khususnya anak sekolah yang ingin melihat pameran di gedung Suri Maharajo Dirajo tersebut.
Pada kesempatan itu untuk lebih mendekatkan generasi muda terhadap benda-benda cagar budaya BPCB juga mengelar lomba mewarnai bagi murid-murid SD se Tanah Datar serta lomba melukis bagi siswa SLTP dan SLTA se Kabupaten Tanah Datar. Tema yang diangkat dalam lomba mewarnai dan melukis tersebut tentang cagar budaya. Hal ini untuk mengenalkan benda-benda cagar budaya terhadap generasi muda sehingga timbul rasa memiliki dan mencintai terhadap benda-benda cagar budaya…(***)