By : Rahmi Ayu Wirantika
Batusangkar, Bakaba–Nagari Tabek merupakan sebuah nagari atau desa kecil yang terletak di Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar. Nagari ini berjarak sekitar 8 km dari kota Batusangkar dan 98 km dari Padang. Banyak orang awam salah kaprah mengartikan nama Nagari Tabek , karena mereka hanya melihat dari kondisi alam yang ada disana.
Pada masa pemerintahan Minangkabau dikenal adanya Datuak Katumanggungan dan Datuak Parpatiah Nan Sabatang. Kedua Datuak ini sering terjadi selisih paham, karena pola pikir mereka yang sangat jauh berbeda, Datuak Katumanggungan menganut sifat Otoriter, sedangkan Datuak Parpatiah Nan Sabatang menganut sifat Demokratis.
Beda pendapat antara kedua tokoh adat ini bermuara pada perpecahan, rombongan Datuak Parpatiah Nan Sabatang memilih untuk pergi ke Daerah Lima Kaum tepatnya di Kubu Rajo yang kini terkenal dengan nama Batu Batikam.
Perpecahan antara kedua kedua Datuak ini tidak hanya sebatas itu, tetapi juga berlanjut dengan emosi yang meluap-luap. Puncak dari emosi tersebut telah membuat Datuak Parpatiah Nan Sabatang menghujamkan sebilah pedang ke batu yang ada di dekatnya, sehingga batu yang berlobang kena tikam itu bernama Batu Batikam.
Sekembali dari Lima Kaum, rombongan Datuak Parpatiah Nan Sabatang bermaksud kembali ke Pariangan, namun dalam perjalanan mereka terhenti pada suatu lembah atau hutan (hutan rawang), yang kini disebut dengan Simpang Rawang.
Begitu sampai di hutan rawang, hujan lebat disertai badai menimpa rombongan, sehingga terjadi longsor dan pohon kayu yang ada bertumbangan. Perjalanan rombongan ke Pariangan tidak dapat dilanjutkan, karena terhambat oleh bencana alam tersebut.
Terhalangnya perjalanan akibat hujan badai ini dalam bahasa Minang Kabau disebut “Ta Ambek” yang kemudian berubah menjadi Tabek. Rombongan Datuak Perpatiah Nan Sabatang akhirnya bermukim disekitar lokasi itu, setelah menemukan banyaknya mata air atau sumber air.
Tokoh Adat Nagari Tabek M.Kurniawan Dt. Perpatih mengakui, jika Nagari Tabek bukan berasal dari kata-kata tabek atau kolam ikan, tetapi bermula dari terhambatnya perjalanan Dt.Perpatih Nan Sabatang dari Lima Kaum menuju Pariangan.
Nagari Tabek sangat kental dengan hidup demokratis, masyarakatnya selalu mengambil jalan keluar dengan mufakat atau musyawarah. Kesemuanya itu dibuktikan dengan berdirinya Balairuang Sari yang dibuat pada masa Datuak atau petinggi-petinggi adat terdahulu yang digunakan untuk musyawarah.
Jadi asal usul Nagari Tabek ini berasal dari kata “Ta ambek” atau terhalang pada saat perjalanan, bukan berarti tabek ikan atau kolam ikan. Dengan adanya Balairuang Sari juga mendukung bukti sejarah terjadinya Nagari Tabek. Meskipun asal-usul nagari Tabek berasal dari “Ta Ambek” namun tidak sedikit orang memprediksikan disebabkan banyak kolam ikan.
Pendapat orang ini wajar saja demikian, karena disamping mereka banyak melihat tebat atau kolam ikan, juga mereka tidak mengetahui sejarah lahirnya nama nagari Tabek. Barangkali inilah tugas pemangku adat di Kabupaten Tanah Datar atau Provinsi Sumatera Barat pada umumnya, untuk memberi tahu kepada generasi muda yang hidup di alam yang serba canggih.(***)