Tanah Datar, bakaba.net – masyarakat Minang terbuka menerima perubahan tanpa merusak jati diri itu benar dan mencerminkan prinsip “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”.
Hal itu disampaikan Afridawati Haji Dahlan BBA MBA dalam bimbingan teknis peningkatan kapasitas bundo di kantor LKAAM Tanah Datar, (26/08).
Bimbingan teknis peningkatan kapasitas bundo kanduang hari ketua diikuti enam kecamatan ini memanfaatkan dana pokok-pokok pikiran H. Rony Mulyadi Datuak Bungsu anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat dari Fraksi Gerindra.
Dalam Bimtek yang diikuti 100 orang peserta terdiri dari bundo kanduang dan putih bungsu dari 6 kecamatan itu yaitu Tanjung Emas, Tanjung Baru, Rambatan, V Kaum, Sungayang, Salimpaung dan pengurus Bundo Kanduang Tanah Datar.
Afrida dalam paparannya menyampaikan Adat Minangkabau bersifat fleksibel dan dapat beradaptasi seiring zaman, seperti filosofi “sakali aia gadang, sakali tapian baraliah” (sekali air besar, sekali tepian berpindah), yang berarti ada perubahan namun inti nilai-nilai tradisional tetap terjaga.
Hal ini sambung istri tercinta H. Rony Mulyadi Datuak Bungsu dapat tergambar dari lirik lagu tabola bale.
Lagu “Tabola Bale” adalah lagu yang dibawakan oleh Silet kolaborasi Minang dan timur. Lagu ini dirilis pada 3 April 2025 dan telah menjadi viral di platform media sosial seperti TikTok dan YouTube.
Diva Aurel dalam perempuan cantik asal Rambatan Tanah Datar ini dalam liriknya menyampaikan bahwa ia takut melihat orang yang menyatakan suka padanya suka mabuk-mabukan, lalu ia juga mengatakan pernah suka pada orang tersebut, tetapi sebagai gadis yang berasal dari daerah yang beradat, rasa sukanya hanya disimpan sendiri
“Perempuan minang pada hakiki nya pemalu dan tidak mengumbar rasa sukanya pada seorang laki-laki,” terang Afrida.
Afrida melanjutkan saat tampil di istana negara, Diva Aurel tidak mengunakan pakaian adat dari Minangkabau tetapi dari Minahasa Sulawesi Utara tetapi hal itu hanya berlaku saat ia tampil di luar Minang Kabau, ia harus mengunakan pakaian adat Minang Kabau. Hal itu mencerminkan keragaman Indonesia.
“Masyarakat adat Minahasa Sulawesi Utara juga senang Diva sudah memperkenalkan pakaian adatnya saat HUT RI 80 di depan Presiden Prabowo,” ujarnya.
Hal itu melambangkan Minang yang kaya dengan adat dan budaya menerima dan menghormati adat dan budaya lain dan mencerminkan keragaman di Indonesia.
Selanjutnya Afrida juga mencontohkan saat urang Minang merantau, mereka akan membentuk kelompok perkumpulan orang Minang, dan rutin mengelar pertemuan.
Dalam setiap pertemuan orang Minang akan memakai kebudayaan Minang, baik itu pakaian, kuliner maupun bahasa
Dengan cara ini, masyarakat Minang mampu menjaga dan memperkuat identitas budaya mereka di tengah arus perubahan global tanpa harus mengorbankan nilai-nilai tradisional yang dipegang teguh.
Sebagai masyarakat adat, masyarakat Minangkabau meyakini bahwa norma-norma, tata nilai yang terkandung di dalam ajaran adat merupakan pedoman hidup yang didasari oleh kontemplasi yang dalam terhadap fenomena alam. Nilai filosofis yang terkandung ajaran adat itu dimaknai sebagai falsafah hidup,
secara kultural orang Minang selalu menjadikan Adat Alam Minangkabau menjadi dasar bangunan kehidupan mereka. Adat biasanya dipahami sebagai suatu kebiasaan setempat yang mengatur interaksi masyarakat dalam suatu komunitas. (***)