Sistem Barang-Barang Tak Berlaku di Candi Prambanan

Sistem Barang-Barang Tak Berlaku di Candi Prambanan

- in Headline, KABA WISATA, PARIWISATA
0

 Laporan : Wirmas Darwis, SE

Candi Prambanan atau Candi Roro Jonggrang memang tak sebesar Candi Brobudur, tetapi minat wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata ini masih tetap tinggi. Candi Prambanan merupakan kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi.

Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah.

PBerdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna ‘Rumah Siwa’), dan memang di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter yang menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamakan.

Kompleks candi ini terletak di kecamatan Prambanan, Sleman dan kecamatan Prambanan, Klaten, kurang lebih 17 kilometer timur laut Yogyakarta, 50 kilometer barat daya Surakarta dan 120 kilometer selatan Semarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Letaknya sangat unik, Candi Prambanan terletak di wilayah administrasi desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman, sedangkan pintu masuk kompleks Candi Prambanan terletak di wilayah adminstrasi desa Tlogo, Prambanan, Klaten.

Candi Prambanan sebagai salah satu objek wisata di Jawa Tengah dan Yokyakarta tidak jauh berbeda dengan objek wisata Istano Basa Pagaruyung Kabupten Tanah Datar, karena sama-sama mengandalkan sejarah dan bangunan yang menjadi daya tarik utama para wisatawan lokal maupun mancanegara.

Bedanya mungkin dalam bentuk pengelolaan serta prasarana pendukung lainnya. Istano Basa Pagaruyung hingga sekarang masih menggunakan sistem “Barang-Barang” makan dan berak melalui mulut yang sama, sementara di Candi Prambanan pintu masuk dan keluar berada tempat yang berbeda.

Demikian juga menyangkut dengan lapangan parkir, Istano Basa memiliki areal yang sangat terbatas sekali, sementara Candi Prambanan memiliki tempat parkir yang cukup luas. Begitu turun dari kendaraan, wisatawan menuju tempat penjual karcis masuk dan masuk melalui pintu yang disediakan.

Untuk memberikan pejelasan terhadap wisatawan di Candi Prambanan ada juga pemandu wisata yang mampu menjelaskan tentang peninggalan Hindu tersebut. Setelah puas menikmati dan berfoto di Candi Prambanan, wisatawan akan keluar melalui jalan samping yang akhirnya akan sampai juga di tempat parkir semula.

Namun sebelum keluar gerbang ada sederetan toko atau kios yang menyajikan sejumlah cendra mata dan kuliner. Pengelola objek wisata ini memang sengaja menata tempat ini sedemikian rupa agar para wisatawan tidak sekedar berselfi ria, tetapi juga membelanjakan sebahagian uangnya.

Pemerintah setempat salain dapat meraup pendapatn asli daerah dari kios-kios ini juga sekali gus telah membangun perekonomian masyarakat, baik masyarakat yang berprofesi sebagai pengrajin industri kecil dan kerajinan maupun yang berstatus sebagai pedagang pada kios-kios.

Kepala Dinas Parpora (Pariwisata, Pemuda dan Olahraga) Tanah Datar Edisusanto ketika dihubungi di kantornya mengakui masih banyak yang perlu dibenahi dalam pengembangan Istano Basa Pagaruyung. Semuanya akan berjalan lancar, jika masyarakat sekitar ikut mendukung.

“Tahun anggaran 2017 ini kita memang sudah menganggarkan dana untuk pembebasan tanah sekitatr dan kita akan coba kondisikan pintu masuk dan pintu keluar pada tempat yang berbeda,” kata Edisusanto menambahkan.

Leave a Reply