Akhlaq Mulia

Akhlaq Mulia

- in Headline, ISLAMIC
0

Oleh : Buya Adib

Betapa kita patut bersyukur dengan nikmat sehat yang Allah berikan kepada kita saat ini. Sebuah nikmat yang sangat di dambakan oleh orang-orang yang menderita sakit.

Kita juga bersyukur dengan rasa aman yang Allah karuniakan kepada kita, karena disaat yang sama ada saudara-sadara kita banyak yang tidak merasa aman dalam kehidupannya. Dan tentu saja nikmat terbesar yang lebih pantas kita syukuri adalah nikmat Iman dan Islam.

Yang betul-betul kita inginkan adalah, kita meninggal dalam keadaan sebagai seorang yang berislam, sebagaimana yang senantiasa di wasiatkan para Khatib di hari Jum’at:
“…Dan, janganlah sekali-kali kamu mati, melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS Ali Imran: 102)

Hal yang sama dengan apa yang diinginkan oleh Nabi Yusuf as. Bukan menjadi raja, bukan bisa mentakwil mimpi. Namun yang beliau inginkan adalah;
“…wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh.” (Yusuf [12]: 101).

Selawat dan salam kepada Nabi yang mendapat pujian langsung dari Allah subhanahu wata’ala
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang agung,” (QS Al Qalam:4).

Kepada orang baik, beliau berbuat baik, bahkan kepada orang buruk beliau senantiasa baik. Itulah yang dimaksud dengan “la ‘ala” (Senantiasa berada di atas). Tidak pernah berubah oleh keadaan apapun. Marilah kita meneladani akhlaq beliau yang mulia sebagai jalan selamat dunia dan akhirat.

Salah satu contoh akhlaq Rasulullah yang luar biasa adalah ketika beliau menemukan hal positif dalam sebuah hal negatif yang dilakukan oleh sahabat beliau.

Suatu ketika Abu Bakro terlambat datang pada shalat berjama’ah. Ia dapati Rasulullah dan para sahabat telah ruku’, sementara ia masih berada di pintu masjid. Kalau ia kejar shaf, maka ia akan terlambat satu rakaat. Maka tanpa pikir panjang Abu Bakro ini langsung ruku’ di pintu masjid dan shalat disana sampai salam.

Setelah shalat Abu Bakro segera menemui Rasulullah saw, dan menyampaikan kejadian yang baru dialaminya.

Rasulullah saw, sambil tersenyum memberikan nasehat kepada Abu Bakro dengan di awali sebuah do’a; “Semoga Allah menambah semangatmu untuk beribadah, tapi yang tadi jangan diulangi lagi ya…”. Betapa indahnya akhlaq Rasulullah, sebuah Akhlaq yang diinginkan oleh semua orang.

Adalah seorang istri yang sangat semangat membuat masakan untuk suaminya, ada beberapa jenis makanan yang ia siapkan sebelum suaminya pulang dari tempat kerja. Ada gulai ikan, ada goreng tempe, gorong dendeng dan ada sayur kangkung. Sang istri membayangkan wajah suaminya yang bahagia saat ia nanti menikmati hidangan spesial yang ia siapkan.

Ketika suaminya datang, sampailah ke waktu makan bersama. Dengan lahap sang suami, menyantap hidangan yang sudah disiapkan istrinya, gulainya, gorengnya semua enak. Ketika suaminya mencicipi sayur, wajah suaminya langsung berubah. Asin. Suaminya langsung berseru;” Ibu ini bagaimana sih masaknya, sudah lama pandai memasak membuat sayur saja keasinan!”.

Bisa terbayang wajah istrinya bapak itu? Hatinya yang hancur berkeping-keping. Sia-sia semua perjuanganya sejak pagi. Penuh keringat karena panasnya api kompor. Tidak ada sedikitpun penghargaan padahal yang keasinan itu hanya sayur

Apakah sang suami tidak bisa meniru akhlaq Rasulullah saw? Sebaiknya yang ia katakan adalah; “Hmm… Hidangan ibu mantap-mantap semua. Kalau ibu MCI (Master Chef Indonesia) dijamin ibu bisa mengalahkan Lord Adi. Tapi yang ini dikurangi dikit garamnya ya bu”. Sang istri akan tersipu malu, walau sebenarnya ia dikritik oleh suaminya.

Allahumma Shalli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali muhammad. (***)

Leave a Reply